BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Struktur
kulit
Struktur
kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan
lapisan terluar, dan aksesori-aksesorinya(rambut, kuku, kelenjar sebasea, dan
kelenjar keringat) berasal dari lapisan ektoderm embrio. Dermis berasal dari
mesoderm. Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi,
ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan utama:
epidermis, dermis, dan subkutan ( Perry & Potter, 2005)
1. Epidermis
Epidermis
merupakan epitel gepeng (skuamosa) berlapis, dengan beberapa lapisan yang
terlihat jelas. Jenis sel yang utama disebut ‘keratinosit’.
Kelengkapan (aksesori)
epidermis:
a. Kelenjar
keringat ekrin, Kelenjar keringat ekrin penting dalam pengaturan suhu tubuh.
b. Kelenjar
keringat apokrin, Kelenjar keringat apokrin terutama banyak ditemukan di daerah
aksila dan anogenital.
c. Rambut,
Rambut tumbuh dari invaginasi tubular pada epidermis yang disebut folikel, dan
folikel rambut beserta kelenjarsebasea disebut sebagai ‘unit pilosebasea’.
d. Kelenjar
sebasea, Kelenjar sebasea terdapat di setiap tempat pada kulit mulai dari
tangan sampai kaki.
e. Kuku,
Kuku merupakan lempengan keratin transparan yang berasal dari invaginasi
epidermis pada dorsum falang terakhir dari jari.
2. Dermis
Dermis
adalah lapisan jaringan ikat yang terletak dibawah epidermis, dan merupakan
bagian terbesar dari kulit. Dermis dan epidermis saling mengikat melalui
penonjolan-penonjolan epidermis kebawah (rete ridge) dan penonjolan-penonjolan
ke atas (dermal papillae).
3. Dermatoglifik
Sidik
jari, yaitu pola guratan-guratan menonjol yang khas pada ujung jari manusia,
bersifat unik bagi setiap individu. Jari tangan dan kaki, serta telapak tangan
dan kaki,dipenuhi oleh guratan-guratan tersebut.
B.
Fungsi
Kulit
Dari
struktur kulit yang sedemikian rumit, jelas bahwa mempertahankan seluruh bagian
tubuh bukanlah satu-satunya fungsi kulit. Beberapa fungsi kulit adalah sebagai
berikut:
1. Mencegah
terjadinya kehilangan cairan tubuh yang essensial.
2. Melindungi
dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan mikroorganisme.
3. Fungsi-fungsi
imunologis melindungi dari kerusakan akibat radiasi UV.
4. Mengatur
suhu tubuh
5. Sintesis
vitamin D
6. Berperan
penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial.
C.
Perubahan
Yang Terjadi Pada Lansia
Perubahan
pada kulit lansia, bisa bersifat histologik, fisiologik maupun klinik dan
terjadi karena proses penuaan, baik bersifat instriksik, maupun ekstrinsik.
Perubahan tersebut antara lain bentuk dan ukuran sel, menurunya melanosit, penurunan
jumlah sel langerhans. Dermis mengalami penurunan jumlah sel, vaskularisasi
berkurang, hilangnya fungsi elastisitas, yang berakibat banyak terjadi kerutan.
Demikian
juga saraf, mikrosirkulasi serta kelenjar keringat mengalami penurunan secara
gradular, yang merupakan predisposisi untuk terjadinya penurunan termolegurasi,
sensitivitas terhadap panas. Kuku mengalami penurunan kecepatan pertumbuhan,
dengan terjadinya penipisan pada lempengan kuku, serta terjadinya kerapuhan dan
keretakan kelenjar lemak subkutan mengalami atrofi, misalnya pada pipi,
ekstremitas bagian distal, tetapi terjadi hipertrofi pada paha wanita dan perut
pada pria.
1.
Karakteristik
Kulit Menua
a.
Kulit
Kering, Kasar dan Bersisik
Kulit
kering, merupakan kelainan kulit yang terjadi hampir 75% lansia diatas 64
tahun. Kulit tampak kering, bersisik, warna lebih gelap, keabu-abuan dan nampak
suram. Kekeringan ini terjadi akibat menurunya hormon, menurunya fungsi
kelemjar sebasea, berkurangnya jumlah dan fungsi kelenjar keringat,
berkurangnya kadar air dalam epidermis serta paparan sinar matahari yang
terlalu lama.
Kulit
kasar dan bersisik timbul akibat proses keratinisasi serta perubahan ukuran sel
–sel epidermis dimana stratum mudah lepas dan cenderung untuk mati dan melekat
satu sama lain pada permukaan kulit.
b.
Kulit
Berkerut dan Kendor
Kulit kendor / menggelantung dengan
kerutan – kerutan dan garis kulit lebih jelas . Hal ini disebabkan karena :
·
Penurunan jumlah
fibroblast yang menyebabkan penurunan jumlah serat elastin lebih sklerotik dan
menebal sehingga jaringan kolagen menjadi kendor dan serabut elastin kehilangan
daya lenturnya, kulit menjadi kendor dan kurang lentur,
·
Tulang dan otot menjadi
atrofi, jaringan lemak subkutan berkurang, lapisan, kulit tipis serta
kehilangan daya kenyalnya sehingga terbentuk kerutan – kerutan dan garis –
garis kulit.
·
Kontraksi otot – otot
mimik yang tidak diikuti oleh kontraksi kulit yang sesuai sehingga
mengakibatkan alur – alur keriput di daerah wajah.
c.
Gangguan
Pigmentasi Pada Kulit
Hal ini disebabkan perubahan – perubahan
pada distribusi pigmen melanin dan proliferasi melanosit, serta fungsi
melanosit menurun sehingga penumpukan melanin tidak teratur dalam sel – sel
basal epidermis.
Disamping itu epidermimal turn over
menurun sehingga lapisan sel – sel kulit mempunyai banyak waktu untuk menyerap
melanin yang mengakibatkan terjadinya bercak – bercak pigmentasi pada kulit.
d.
Perubahan
Rambut dan Kuku
Rambut
:
·
Pertumbuhan menjadi
lambat, lebih halus dan jumlahnya lebih sedikit.
·
Rambut pada alis,
lubang hidung dan wajah sering tumbuh lebih panjang.
·
Rambut memutih.
·
Rambut banyak yang
rontok.
Kuku :
·
Pertumbuhan kuku lebih
lambat, kecepatan pertumbuhan menurun 30 – 50 % dari orang dewasa.
·
Kuku menjadi pudar,
kurang bercahaya dan rapuh.
·
Warna kuku agak
kekuningan.
·
Kuku menjadi tebal dan
keras.
·
Garis – garis kuku
longitudinal tampak lebih jelas. Kelainan ini di laporkan terdapat pada 67 %
lansia berusia 70 tahun.
D.
Kelainan
Kulit Pada Lansia
1. Ulkus dekubitus ( Norman NA, 2003 )
Ulkus dekubitus sering di dapatkan pada
lansia, khususnya penderita dengan resiko tinggi, misalnya kelumpuhan total (
tetraplegi ), penderita kanker stadium akhir, diabetes, penderita ginjal tahap
akhir, penderita penyakit hati dan jantung, fraktur femor, imunosupresi,
inkontinensia, status mental menurun, malnutrisi, mobilitas yang kurang. Ulkus
ini umumnya terjadi di atas tulang yang menonjol. Adanya tekanan kronis
menyebabkan iskemia dan berakibat kerusakan jaringan.
Ulkus dekubitus terjadi melalui beberapa
stadium :
·
Stadium 1 : Kemerahan
yang menetap pada kulit yang masih utuh.
·
Stadium 2 : Nekrosis
superfisialis atau separo ketebalan epidermis –dermis.
·
Stadium 3 : Nekrosis
yang lebih dalam, hilangnya seluruh kedalaman kulit dan meluas sampai dalam,
namun belum melalui fasia.
·
Stadium 4 : Nekrosis
yang meluas masuk melewati fasia, bisa sampai otot, tulang dan struktur
jaringan penopang lain.
2.
Dermatitis
eksema
Bentuk
– bentuk dermatitis eksema yang sering terjadi pada lansia :
·
Eksema nummuler, yang
ditandai dengan lesi berbentuk uang logam, disertai rasa gatal, biasanya
terlihat pada tungkai bawah, ekstremitas atas, punggung tangan dan badan.
Pengobatan dengan pemberian kortikosteroid topikal, dengan kekuatan sedang
sampai kuat serta emolien. Untuk infeksi sekunder diberikan antibiotika
sistemik, misalnya sefaleksin, dikloksasilin.
·
Dermatitis statis.
Terjadinya akibat insufisiensi vena, odem pada pedis, serta varises. Pada kulit
terlihat kecoklatan akibat disposisi hemosiderin. Kulit mudah terjadi ulserasi
maupun selulitis. Eksaserbasi akut terhadap kelainan ini bisa menimbulkan
autosensitisasi yang berakibat munculnya lesi papulovesikuler akut yang
menyebar ke seluruh tubuh, sering bersifat simetris.
·
Dermatitis seboroik,
dalam bentuk kulit yang kering, kemerahan, bersisik pada kulit kepala, muka
badan, atau regio anogenital. Sistim syaraf pusat mempunyai peran penting
terhadap keparahan penyakit ini. Penyakit parkinson, kuadriplegia, stres
emosional. Pityrosporum ovale juga berperan pada kelainan ini.
·
Dermatitis kontak.
Dermatitis kontak bisa bersifat iritan maupun alergika. Pada dermatitis kontak
iritan ( DKI ), semua bagian tubuh yang terbuka bisa terkena ( hand eczema )
sabun dan detergen merupakan iritan terbanyak, disamping bahan – bahan lain,
misalnya pemberesih
( lisol ), pelarut,
pemutih. DKI bisa terjadi pada semua orang, sedangkan dermatitis kontak
alergika ( DKA ) hanya terjadi pada orang – orang tertentu. Pada DKA biasanya
lesi kemerahan, disertai papul atau vesikel, dan biasanya ada riwayat kontak
dengan bahan – bahan tertentu. DKA pada lansia sedikit berbeda dengan penderita
yang muda. Erupsi biasanya kurang meradang, rasa gatal lebih kurang tetapi
berlangsung lama. Hal ini disebabkan karena respon imun seluler yang menurun.
Keadaan ini akan menyebabkan kesulitan dalam membedakan DKA dan DKI pada
lansia.
·
Liken simpleks kronikus
( neurodermatitis ) Kelainan ini ditandai oleh plaket yang menebal, karena
terjadinya likenifikasi, gatal, lokasi terbatas dan perjalanan penyakit kronis.Paling
sering ditemukan pada daerah pergelangan kaki, tetapi dapat juga timbul
dibagian lain. Kelainan ini disebabkan kebiasaan menggosok kulit. Paling sering
ditemukan pada usia diatas 60 tahun. Biasanya lesi hanya satu dan daerah
predileksinya pada wanita, labia mayora dan tengkuk sedangkan pria daerah
perineum dan skrotum. Daerah lain sering terkena adalah pergelangan tangan dan
tungkai bawah. Faktor perdisposisinya adalah atopi dan kulit xerotik dimana
kelainan ini berhubungan dengan gatal yang kemudian berlanjut dengan siklus
gatal – garuk.
·
Eksema asteatotik (
eczema craquele ) Merupakan jenis eksema yang banyak dijumpai pada usia lanjut,
akibat kulit yang kering dan umunya dijumpai pada ekstremitas bawah. Pada
penampakan terlihat kulit yang kering dengan skuama yang lebar, agak kemerahan,
dengan suatu gambaran yang di sebut “
crazy paving “. Hal ini disebabkan hilangnya lubrikasi epidermis. Untuk keadaan
ini di perlukan emolien atau pelembab, yang digunakan secara teratur. Pemberian
kortikosteroid sebisa mungkin dihindari, mengingat latar belakang kulit yang
sudah menipis dan mudah “ Retak”.
E.
Perawatan
Kulit Pada Lansia
Kulit
merupakan bagian terluar dari tubuh dan merupakan protektor terhadap stimuli
dari luar yang berbahaya dan invasi kuman. Oleh karena perawatan kulit sangat
penting sekali, apalagi pada lansia, fungsi – fungsi kulit maupun struktur
kulit mengalami perubahan. Hal terpenting dalam perawatan kulit pada lansia.
1.
Kebersihan
Kulit diseluruh bagian tubuh harus
terjaga keberesihannya, termasuk bebas dari basah karena keringetan, karena
akan mengundang infeksi jamur.
2.
Mengurangi
kekeringan dan gatal
Dengan adanya penuaan,
maka sekresi minyak dari kulit berkurang, dan akan menyebabkan kulit kering dan
gatal. Garukan ataupun menggunakan air panas, akan memperberatkan keadaan.
Apabila kering kulit mudah pecah pecah dan akan menimbulkan infeksi. Untuk mengelola
kulit adalah memberikan pelembab berkali – kali. Gatal juga akan terpicu dengan
penggunaan pakaian dari wool, oleh karenannya perlu memilih pakaian yang
sesuai. Gunakan pakaian katun yang lembut. Penderita lebih merasa enak dengan
piyama tipis.
3.
Mandi
Air panas akan menghilangkan minyak pada
kulit yang masih ada oleh karenanya pada lansia hanya boleh menggunakan air
hangat, dan menghindari pembersihan yang berlebihan, oleh karena justru akan
menimbulkan rasa gatal, dan berubah menjadi bath itch, dimana pada kulit di dapatkan
bintik – bintik merah. Banyak yang menganjurkan mandi cukup 3 kali seminggu (
mungkin untuk orang barat ). Penggunaan sabun di anjurkan hanya pada tempat –
tempat tertentu saja, bagian tubuh lainnya hanya di bersihkan dengan air hangat
saja.
4.
Menjaga
lingkungan
Suasana lingkungan harus di sesuaikan.
Bila memungkinkan jagalah kelembaban ruang tidur atau ruangan lain di rumah
dengan memasang humidifier. Perubahan temperatur secara tiba – tiba harus
dihindarkan.
Untuk menjaga kulit tetap lembab setelah
mandi gunakan pelembab. Dalam memilih kosmetika pada umumnya sama seperti
penggunaan kosmetik untuk kulit kering, yaitu:
a. Pembersih
dengan bahan dasar minyak ( cleansing cream, cold cream ), sabun lunak misalnya
Oilatum dua kali seminggu.
b. Pelembab,
Pelembab yang membuat lapisan lemak tipis pada permukaan kulit untuk mencegah
penguapan air dari kulit sehingga dapat mempertahankan kelembaban yang masih
ada misalnya krim pelembab yang mengandung minyak nabati, seperti minyak wijen,
minyak zaitun atau krim emolien yang mengandung polyyunsanturated fatty acid
dan unsur lemak lainnya ( nourishing cream, night cream, day cream, emolient
cream, dll ). Pelembab yang mengandung bahan – bahan hidrofilik, merupakan
bahan topikal yang mempunyai efekifitas melembabkan yang tinggi karena dapat
meningkatkan penyerapan air ke dalam kulit seperti krim yang mengandung asam
laktat 2 – 5 % urea 2 – 10 %, alantoin. Preparat topikal yang mengandung
vitamin E bermanfaat karena vitamin E yang larut dalam lemak dapat penetrasi ke
dalam kulit dengan efek berikut :
·
Meningkatkan kelembaban
kulit
·
Sebagai anti oksidan
yang menekan pembentukan radikal bebas sehingga menghabat kerusakan sel – sel
kulit.
·
Melindungi kulit
terhadap kerusakan yang di sebabkan sinar UV dengan cara menurunkan kadar ornithine
decarboxylase di dalam kulit.
1 komentar:
tolong krim apa buat lansia pake diaper ? terima kasih
Posting Komentar