BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
KERACUNAN
1.
Definisi
Racun
adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.Intoksikasi atau keracunan adalah
masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek
merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi dan menelan
materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya
kesehatan. Sekitar
7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan dating karena masalah toksik.
Keracunan bisa terjadi terutama
berasal dari minyak tanah/ bensin, zat pembersih, dan racun serangga atau
obat-obat penderita gangguan jiwa (seperti obat tidur dan obat penenang).
Setiap substansi racun mengakibatkan kerusakan pada tubuh, mengganggu kesehatan
dan menyebabkan kematian. Di Amerika, pada orang dewasa, kejadian keracunan zat
kimia mengakibatkan sekitar 5.000 kematian dan sekitar 6.000 kejadian penggguna
cairan kimia untuk bunuh diri; sedangkan pada anak-anak, kejadian keracunan
karena menghirup gas beracun mengakibatkan sekitar 1.000 anak meninggal atau
1-2 juta anak per tahun.
Dalam kasus tertelan racun, lambung harus
dikosongkan dengan sonde lambung yang besar.Tapi, bilas lambung tidak boleh
dilakukan setelah menelan asam atau basa kuat karena bahaya perforasi dan
karena lebih merusak jaringan.Muntah harus dirangsang bila paisen sadar serta
bila racunnya bukan bahan korosif atau kaustik. Muntah dapat dirangsang dengan
menyuruh pasien minum paling sedikit 250 ml air atau susu, lalu merangsang
dinding faring posterior dengan jari tangan atau benda tumpul. Sirup Ipekak dan
dapat diberikan dalam dosis 10 – 15 ml serta dapat diulang dalam 15 – 30 menit
bila tidak muntah.Air harus diberikan setelah pemberian sirup Ipekak.Korban
keracunan inhalasi harus dipindahkan segera dari gas, uap, aerosol atau
debu.Harus dipastikan adanya ventilasi yang adekuat.
2. Macam-Macam Keracunan
a. Mencerna
(menelan) Racun
Tindakan yang
dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun sebelum diabsorbsi,
untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara system organ vital,
menggunakan antidote spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan
untuk mempercepat eliminasiracun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum :
1) Dapatkan
control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan tidak ada kerusakan
serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan
dan sisitem sirkulasi.
2) Coba
untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan,
gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
3) Tangani
syok yang tepat.
4) Hilangkan
atau kurangi absorbsi racun
5) Berikan
terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkinuntuk menurunkan efek
toksin.
6) Dukung
pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system saraf pusat atau
pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
7) Bantu
dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zatyang ditelan, yaitu:
a) Diuresis
untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
b) Dialisis
c) Hemoperfusi
(proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan cartridge
containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah
dikembalikan ke pasien.
8) Pantau
tekanan vena sentral sesuai indikasi.
9) Pantau
keseimbangan cairan dan elektrolit.
10) Menurunkan
peningkatan suhu.
11) Berikan
analgesic yang sesuai untuk nyeri.
12) Bantu
mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
13) Berikan
perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
14) Pantau
dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dankejang.
15) Jika
pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tandadan gejala
masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
a) Minta
konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha bunuh diri
b) Pada
kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan pencegahan racun dan
instruksi pembersihan racun rumah pada pasien dan keluarga.
b. Keracunan
Melalui Inhalasi
Penatalaksanaan
umum :
1) Bawa
pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela.
2) Longgarkan
semua pakaian ketat.
3) Mulai
resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
4) Cegah
menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
5) Pertahankan
pesien setenang mungkin.
6) Jangan
berikan alcohol dalam bentuk apapun.
c. Keracunan
Makanan
Keracunan
makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi
setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi. Pertolongan pertama
pada keracunan makanan:
1) Untuk
mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi
susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
2) Agar
perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali
berturut-turut dalam setia jamnya.
3) Air
santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat
menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
4) Jika
penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara
memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari
kepala untuk memudahkan kontraksi
5) Apabila
penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit atau dokter
terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
d. Gigitan
Ular
Bisa (racun)
ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas
atau bervariasi.Sisitem multiorgan, terutama neurologic, kardiovaskuler,
sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.Bantuan awal pertama pada daerah gigitan
ular meliputi mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti
cincin, memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan
steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung.Es atau torniket
tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan cepat
meliputi:
1) Menentukan
apakah ular berbisa atau tidak.
2) Menentukan
dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
3) Menetapkan
urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema, dan eritema
jaringan yang digigit dan didekatnya).
4) Menentukan
keparahan dampak keracunan.
5) Memantau
tanda vital.
6) Mengukur
dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada beberapa titik.
7) Dapatkan
data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi dan pemeriksaan pembekuan).
e. Sengatan
Serangga
Manifestasi
klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai edema
laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian.Umumnya waktu yang lebih pendek
diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang
paling buruk. Penatalaksanaan umum:
1) Berikan
epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk mempercepat
absorbsi.
2) Jika
sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yangtepat untuk
membendung aliran vena dan limfatik.
3) Instruksikan
pasien untuk hal-hal berikut:
a) Injeksi
segera dengan epineprin
b) Buang
penyengat dengan garukan cepat kuku jari
c) Bersihkan
area dengan sabun air dan tempelkan es
d) Pasang
tornikuet proksimal terhadap sengatan
e) Laporkan
pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.
f. Keracunan
akibat terhirup gas CO
Gas
CO, yang sering mencelakakan di zaman kemajuan industry ini, sangat sulit
diketahui karena tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak merangsang. Jumlah gas
CO buatan manusia diperkirakan 350-600 juta ton/ tahun, terutama berasal dari
sisa bahan bakar kendaraan bermotor.Sumber lainnya adalah generator pemanas dan
buangan industri dan hasil sisa dari pembakaran sampah.
Di
daerah perkotaan .kadar CO paling tinggi di
udara pada jam 6.00 - 10.00 pagi dan jam 14.00 – 21.00 malam di sekitar
pinggiran jalan utama, dan makin rendah bila semakin jauh dari jalan utama pada
jam 2.00 – 3.00 dini hari.
CO
juga diproduksi oleh perumahan, berasal dari dapur dan garasi mobil. Di
ketinggian (atmosfer), CO berurai menjadi CO2 dan OH radikal serta
mempengaruhi reaksi perubahan NO menjadi NO2.
Pada
Tanah, CO diserap terutama tanah yang masih belum digarap dan masih ditutupi
semak belukar. Di samping itu, CO diolah oleh beberapa jenis tanaman menjadi CO2
dan gas methana.
Celakanya,
gas CO mempunyai kemampuan yang sangat kuat bersenyawa dengan Hemoglobin darah
sampai 250 kali lipat dibanding dengan kemampuan Oksigen. Karena itu, meskipun
kadar CO kecil tetapi segera berikatan dengan sejumlah Hemoglobin darah, maka
Oksigen tidak mempunyai kesempatan lagi untuk berikatan dengan Hemoglobin
menjadi Karboksi hemoglobin.
Organ
yang paling sensitive terhadap keracunan karbon monoksida dan akibat kekurangan
oksigen arteri adalah otak dan jantung.Pasien dapat menampilkan berbagai
defisit neurologis, kejang atau koma.Bisa timbul aritmia dan infark
miokardium.Kulit dan membrane mukosa pasien bisa berwarna merah muda atau
seperti buah ceri.
Pengobatan
keracunan karbon monoksida mencakup pemindahan dari lingkungan beracun dan
ventilasi dengan oksigen 100%. Bila ada ruang hiperbarik, maka cara pengobatan
ini harus dipertimbangkan, meskipun telah lewat beberapa jam setelah inhalasi
karbon monoksida. Tanda – tanda keracunan gas CO:
1)
Sakit
kepala
2)
Sempoyongan
3)
Mual
dan muntah – muntah
4)
Nadi
cepat
5)
Nafas
cepat
6)
Pupil
mata lebar
7)
Kejang
– kejang
8)
Kesadaran
turun
9)
Korban
meninggal jika terlalu lama mendapat pertolongan
Bantuan pertama yang dapat Anda lakukan
adalah :
1)
Memberikan
Oksigen
2)
Malahan,
kadang – kadang perlu Oksigen dengan tekanan yang menggunakan alat Hiperbarik
(Oksigen dengan tekanan tinggi).
Pekerja yang beresiko keracunan gas CO :
1)
Petugas
pengatur lalu lintas
2)
Petugas
di tempat parkir dan garasi
3)
Pekerja
pabrik logam dan pabrik korek api gas
Kelompok yang rentan menderita keracunan
CO :
1)
Penderita
penyakit jantung dan pembuluh darah
2)
Penderita
penyakit paru kronis
3)
Penderita
anemi (kurang darah)
4)
Janin
dalam kandungan
5)
Bayi
yang baru lahir
6)
Penduduk
yang tinggal di daerah ketinggian.
g. Gas
Chlorine (Cl2 ) dan cairan methil Chloride (CH2Cl2)
Gas chlorine berbau pedas dan tidak enak
berupa asap kekuning-kuningan.Tanda – tanda keracunan gas Chlorine (Cl2
) dan cairan methil chloride (CH2Cl2 ):
1)
Mata
perih hingga air mata mengucur
2)
Nafas
sesak
3)
Batuk
berdahak dengan bintik – bintik darah
4)
Nyeri
dan rasa terbakar di tenggorokan
5)
Rasa
nyeri dan tidak enak dalam dada
6)
Mual
dan muntah – muntah
7)
Bibir
kebiru-biruan
8)
Pingsan
9)
Akhirnya
meninggal bila tidak segera mendapatkan pertolongan
Metal khlorida dan Chlorine secara alami
ditemukan pada :
1)
Pabrik
dan cat pernis
2)
Pelarut
untuk aerosol (spraying)
3)
Bahan
cairan yang digunakan di pabrik makanan dan farmasi
4)
Cairan
buangan pabrik tekstil dan plastic
5)
Hasil
ekstraksi dari lemak dan lilin (parafin)
Akibat dari dua zat ini:
1)
Paling
utama iritasi kulit dan mata, serta saluran pernafasan
2)
Merusak
jaringan hati dan susunan syaraf pusat
3)
Menyebabkan
kematian pada binatang percobaan
4)
Mutasi
gen dan keganasan (kanker)
Sifat kimia dari cairan CH2Cl2:
1)
Tidak
berwarna, mudah menguap tetapi tidak mudah terbakar dan tidak bersifat merusak
logam
2)
Bila
dilarutkan dalam air, berurai menjadi HCl yang merusak logam
3)
Penguraian
CH2Cl2lebih cepat pada suasana suhu tinggi, dipengaruhi
sinar ultraviolet dan salah satu hasil uraiannya berbentuk CO dan phosphagen
yang berupa gas beracun.
h.
Keracunan
salisilat
Salisilat
dapat langsung merangsang pusat pernafasan, dengan akibat hiperventilasi dan
alkalosis respiratorik. Bila kadar toksik salisilat menetap, timbul asidosis
metabolic. Pada saat ini biasanya pasien dalam keadaan koma.
Bila
pasien sadar, usahakan menentukan obat apa yang telah dimakannya. Minta orang
mencari dan mengumpulkan tempat obat yang mungkin mengandung obat.
Bila
telah memakan beberapa obat, sering mereka mempunyai efek antagonistik;
sehingga ukuran pupil dan reaktivitasnya sering merupakan indicator tak
berguna bagi status fisik pasien.
Penatalaksanaan
keracunan salisilat terdiri dari bilas lambung, karena salisilat dapat menetap
untuk waktu lama di dalam traktus gastrointestinalis.Dehidrasi harus dikoreksi
dengan pemberian 500 ml larutan Ringer Laktat intravena/ jam.Penting
mempertahankan pernapasan yang adekuat.
i.
Keracunan
Barbiturat
Barbiturat,
sedativa lain dan alkohol, yang sering digunakan bersama-sama, menekan susunan
saraf pusat. Jalan pernapasan yang bebas dan oksigenasi yang adekuat harus
dipertahankan selain menyokong sirkulasi.Harus dilakukan bilas lambung.
j.
Kelebihan
Dosis Obat Psikotropik
Dengan
meningkatnya penggunaan obat yang memiliki aktivitas seperti atropin, maka
lebih banyak pasien yang ditemukan dengan koma dan psikosis atropin.Obat-obat
ini mencakup antidepresi, antihistamin, antiparkinson, dan beberapa
antipsikotik.Tanda dan gejala koma dan keracunan atropine adalah delirium,
takikardia, tak adanya bising usus, kulit kering hangat, hipertermia, dan
pengurangan sekresi.Aritmia jantung terjadi pada kelebihan dosis yang hebat.
Fisostigmin
merupakan antidotum spesifik untuk jenis keracunan ini.Dosisnya 1 – 2 mg
intramuscular setiap 30 menit sampai 3 jam. Pelambatan denyut jantung dan
peningkatan bising usus merupakan
indikator paling sensitif kerja fisostigmin.
k.
Kelebihan
Dosis Narkotika
Bila
ada kemungkinan kelebihan dosis suatu obat dan pernapasan tertekan, maka
nalokson (Narcan) dapat diberikan untuk menentukan dengan cepat kemungkinan
keracunan narkotika. Dosis yang biasa 0,4 mg intravena, yang diulang setiap 3
atau 4 menit sampai frekuensi pernapasan lebih dari 8x/ menit. Bila tak ada
respon setelah 2 atau 3 dosis, maka cari penyebab depresi pernapasan lainnya.
l.
Parkinsonisme
yang diinduksi obat
Orang
yang mendapat obat antipsikotik bisa mendadak menderita efek samping. Iya
meliputi gerakan parkinson, distonia, tortikolis, dan krisis okulogirik. Orang
ini perlu ditenteramkan bahwa gejala ini menyusahkan, tapi tak mengancam nyawa.
Benztropin (Cogentin) atau difenhidramin (Benadryl) intramuscular atau
intravena akan menghilangkan gejala dalam 5 – 30 menit. Distonia akut biasanya
di obati melalui jalur intramuscular atau intravena, yang diikuti dosis
pemeliharaan per oral. Dosis benztropin yang umum diberikan adalah 2 mg
intramuscular atau intravena, kemudian 2 mg 3 kali sehari per oral; dosis
difenhidramin yang umum diberikan adalah 50 mg intramuscular atau intravena,
yang diikuti oleh 50 mg 2 atau 3 kali sehari per oral.
3. Manifestasi Klinis
Yang paling
menonjol adalah kelainan visus, hiperaktifitas kelenjar ludah, keringat dan
gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran bernafas.
a. Keracunan
ringan : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor pada lidah,
kelopak mata, pupil miosis.
b. Keracunan
sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, bradikardi.
c. Keracunan
berat: diare, reaksi cahaya negatif ,sesak nafas, sianosis, edema paru
,inkontenesia urine dan feces, koma.
4. Penatalaksanaan
Langkah-langkah Menghadapi Keracunan
Berikut ini dapat dicermati
langkah-langkah dalam menghadapi keracunan :
a.
Mencegah keracunan lebih lanjut.
b.
Mengeluarkan racun yang sudah masuk ke dalam tubuh.
c.
Mengobati kelainan/keluhan yang timbul.
d.
Keracunan akibat terhisap melalui udara pernafasan (seperti gas CO dari
asap knalpot mobil atau cerobong asap pabrik, dan Chlorin yang tertelan),
misalnya, obat-obatan, zat kimia, dan racun bakteri seperti kuman botulisme
dari makanan yang sering menimbulkan wabah muntah berak di pabrik dan asrama,
atau kontak pada kulit (seperti racun pembunuh serangga dan beberapa zat
kimia golongan phenol dan cyanida).
Mencegah Keracunan Lebih Lanjut
a.
Merangsang agar bisa muntah dengan menggelitik dinding belakang kerongkongan
atau menggunakan obat perangsang muntah misal, sirop ipecac atau apo morphine
yang memerlukan bantuan petugas medis dari rumah sakit.
b.
Bila kesadaran korban menurun, maka langkah merangsang muntah ini bisa
mengakibatkan muntahan akan menutup jalan nafas dan membahayakan.
Mengeluarkan Racun yang Sudah Masuk ke Dalam Tubuh
a.
Merangsang pengeluaran cairan empedu, misalnya, dengan gluthetimide atau
cholestyramine.
b.
Merangsang pengeluaran air seni, misalnya, dengan furesimide suntikan.
c.
Pengenceran darah (hemoperfusion = dyalisa).
d.
Mengikat racun dengan zat tertentu (antidotum). Antidotum tergantung dari
unsur kimia yang menyebabkan keracunan.
Mengobati kelainan/ keluhan yang Timbul adalah untuk:
a.
mengatasi kejang;
b.
mengurangi sembab jaringan (oedem);
c.
mengatasi gangguan irama jantung;
d.
mengatasi kadar oksigen yang turun; atau
e.
mengatasi gangguan cairan dan mineral tubuh.
Korban keracunan yang perlu segera dibawa ke rumah sakit
Berdasarkan hasil penyelidikan awal adalah:
a.
Penderita yang mengalami
hambatan kelancaran saluran pernafasan.
b.
Penderita
dengan frekuensi nafas <10x/menit atau nafas cepat sampai >30x/menit.
c.
Penderita
yang mengalami gangguan kesadaran.
Penatalaksanaan di Rumah Sakit
a. Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan
dibersihkan,periksa pernafasandan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,nafas
buatan,oksigen,hisaplendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan
depresan salurannafas, jika perlu respirator pada kegagalan nafas berat.Hindari
pernafasanbuatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni
lewatmulut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask
atau menggunakan alat bag – valve – mask.
b. Eliminasi.
Emesis, merangsang penderita supaya
muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30
ml. Dapat diulang setelah20 menit bila tidak berhasil. Katarsis ( intestinal
lavage ), dengan pemberianlaksan bila diduga racun telah sampai diusus halus
dan besar. Kumbahlambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya
menurun atau pada penderita yang tidak
kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung
dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh
tubuh dengansabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan
bilakeracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat sedang
hinggaberat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
c. Anti
dotum (penawar racun)
Atropin
sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir padatempat
penumpukan.
1) Mula-mula
diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
2) Dilanjutkan
dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit sampai timbul gejala-gejala
atropinisasi ( muka merah,mulut kering, takikardi, midriasis, febris dan
psikosis).
3) Kemudian
interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8
dan 12 jam.
4) Pemberian
SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yangmendadak dapat
menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang
sering fatal.
B. KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN KERACUNAN
1. Pengkajian.
Pengkajian
difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalannafas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa.Adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung, status
kesadran.
a. Riwayat
kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yangdigunakan,berapa lama diketahui
setelahkeracunan ada masalah lain sebagi pencetuskeracunan dan sindroma toksis
yangditimbulkan dan kapan terjadinya.
2. Intervensi.
a. Pertolongan
pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk
keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yan
meliputi resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat
absorsi melalui pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan
kerammas rambut.
b. Berikan
anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu pemberian SA.
c. Perawatan
suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapi demam atau
mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang
cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps
pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian. Monitir vital sign setiap
15 menit untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter.Catat
tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri abdomen serta monotor semua muntah
akan adanya darah. Observasi fese dan urine serta pertahankan cairan
intravenous sesuai pesanan dokter.
d. Jika
pernafasan depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin
bisa diperlukan.
e. Jika
keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan safety precautions .
Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah
kelainan kepribadian,reaksi depresi.
DAFTAR PUSTAKA
Boswick, John A. 1988. Perawatan
Gawat Darurat. Jakarta: EGC.
Brunner and Suddarth. 2002.Keperawatan
Medikal Beda, Vol. 3.Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2001. Kumpulan
Modul Kursus Penyehatan MakananBagi Pengusaha Makanan da Minuman. Jakarta:
Yayasan Pesan.
Halim, Mubin A. 2001. Panduan Praktis
Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosa dan Terapi. Jakarta: EGC.
Sartono. 2002. Racun dan
Keracunan. Jakarta: Widya Merdeka.
Yatim, Faisal.
2003. Pertolongan Pertama Sebelum ke Dokter dan Rumah Sakit. Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
0 komentar:
Posting Komentar