Konsep
Dasar Oksitosin
a. Definisi
Oksitosin
Oksitosin
merupakan suatu hormon yang dalam kondisi normal diproduksi oleh kelenjar
hipofisis posterior, merangsang kontraksi uterus. Oksitosin dapat digunakan
untuk menginduksi proses persalinan atau augmentasi persalinan dengan kemajuan
lambat karena kontraksi uterus tidak adekuat. Oksitosin adalah suatu hormon
yang diproduksi di hipotalamus dan diangkat lewat aliran aksoplasmik ke
hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat, hormon ini akan
dilepas ke dalam darah. Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla
mamae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin, sedangkan distensi
vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang
produksi oksitosin, sedangkan progesteron sebaliknya akan menghambat produksi
oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad,
plasenta, dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Tujuan
induksi dengan oksitosin ialah mencapai pola kontraksi yang menstimulasi fase
aktif persalinan sesegera mungkin.
b. Indikasi
dan Kontraindikasi Induksi Persalinan dengan Oksitosin
Indikasi induksi
persalinan dengan oksitosin adalah seperti berikut, tetapi tidak terbatas pada
hal-hal dibawah ini:
1) Bahaya
pada janin yang dicurigai
2) Kebutuhan
untuk menstimulasi uterus
3) Ketuban
pecah dini/ PROM (premature ruptur of
membranes)
4) Kehamilan
pascapartum (42 sampai 43 minggu)
5) Masalah
medis pada ibu (misalnya, ibu diabetik atau ibu dengan Rh isoimmunisasi berat)
6) Kehamilan
yang berhubungan dengan penyakit hipertensi
7) Wanita
multipara dengan riwayat partus presipitatus yang tinggal jauh dari rumah sakit
Kontraindikasi
terhadap stimulasi persalinan dengan oksitosin adalah sebagai berikut, tetapi
tidak terbatas pada hal-hal dibawah ini:
1) Disproporsi
sefalopelvis (CPD)
2) Denyut
jantung janin meragukan
3) Plasenta
previa
4) Riwayat
insisi uterus klasik atau bedah uterus
5) Infeksi
herpes genital aktif
Oksitosin dapat
menimbulkan bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada ibu meliputi gangguan
persalinan dan kontraksi tetanik, yang bisa mengakibatkan plasenta lepas secara
prematur, ruptur uterus, laserasi serviks, atau perdarahan setelah melahirkan.
Komplikasi-komplikasi ini dapat menyebabkan infeksi, disseminated intravascular coagulation (DIC) dan emboli pulmoner
cairan amnion. Wanita juga dapat merasa cemas atau takut jika induksi tidak
berhasil akibat kekhawatiran mereka terhadap metode melahirkan. Bahaya janin
meliputi asfiksia janin dan hipoksia neonatus akibat kontraksi yang terlalu
sering dan lama, cedera fisik, dan prematuritas jika taksiran partus tidak
akurat.
c. Mekanisme
Kerja Oksitosin
Konsentrasi
oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari. Mekanisme
kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan
kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk
menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul
spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin. Di dalam uterus terdapat
reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan
dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm
dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai,
serviks akan berdilatasi sehingga memulai refleks neural yang menstimulasi
pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti
jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal
penting.
Secara in vivo, oksitosin diproduksi pada
nucleus paraventrikuler hipotalamus dan disalurkan ke hipofisis posterior.
Meskipun regimen dari oksitosin bermacam-macam, diperlukan dosis yang adekuat
untuk menghasilkan efek pada uterus. Dosis antara 4 sampai 16 miliunit permenit.
Dosis untuk tiap orang berbeda-beda, namun biasanya dimulai dengan dosis rendah
sambil melihat kontraksi uterus dan kemajuan persalinan.
d. Prosedur
Pemberian Infus Oksitosin
1)
Semalam sebelum infus oksitosin,
hendaknya penderita sudah tidur dengan nyenyak
2)
Pagi harinya penderita diberi pencahar
3)
Infus oksitosin hendaknya dikerjakan
pada pagi hari dengan observasi yang baik
4)
Disiapkan cairan Dextrose 5% 500 ml yang
diisi dengan 5 unit oksitosin
5)
Cairan yang sudah mengadung 5 unit
oksitosin ini dialirkan secara intravena melalui saluran infus dengan jarum no.
20
6)
Jarum suntik intravena dipasang pada
vena dibagian volar lengan bawah
7)
Tetesan permulaan dibuat agar oksitosin
mencapai jumlah 2 mU per menit
8)
Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam
15 menit ini his tetap lemah, tetesan dapat dinaikkan. Umumnya tetesan maksimal
diperbolehkan sampai mencapai kadar oksitosin 30-40 mUI per menit. Bila sudah
mencapai kadar ini, namun kontraksi rahim belum juga timbul, maka berapapun
kadar oksitosin yang dinaikkan tidak akan menimbulkan tambahan kekuatan
kontraksi lagi. Sebaiknya infus oksitosin ini dihentikan.
9)
Penderita dengan infus oksitosin harus
diamati secara cermat untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda-tanda
ruptur uteri membakat, maupun tanda-tanda gawat janin.
10) Bila
kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat, maka kadar tetesan oksitosin
dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah
tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
11) Infus
oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai, yaitu
sampai satu jam sesudah lahirnya plasenta.
12) Evaluasi
kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dengan periksa dalam bila his telah
kuat dan adekuat. Pada waktu pemberian infus oksitosin bila ternyata kemudian
persalinan berlangsung, maka infus oksitosin dilanjutkan sampai pembukaan
lengkap. Segera setelah kala dua dimulai, maka tetesan infus oksitosin
dipertahankan dan ibu dipimpin mengejan atau dibimbing dengan persalinan buatan
sesuai dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bila sepanjang pemberian
infus oksitosin timbul penyulit pada ibu maupun janin, maka infus oksitosin
harus segera dihentikan dan kehamilan segera diselesaikan dengan seksio sesaria. (Hanifa:
2007)
0 komentar:
Posting Komentar