BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. KONSEP
DASAR TEORI
1. Definisi
Morbili adalah penyakit anak menular
yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa
dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi
(Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).
Morbili adalah penyakit
virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu stadium katar, stadium erupsi, dan stadium konvalen. Biasanya penyakit ini timbul pada kanak-kanak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. (Ngastiyah, 2005).
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi, dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis, dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI). Morbili
merupakan penyakit yang sangat menular terutama menyerang anak-anak, walaupun
pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang dewasa. Pada
anak-anak dengan keadaan gizi buruk ditemukan kejadian morbili dengan
komplikasi yang fatal atau berpotensi menyebabkan kematian.
Dari beberapa pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa morbili merupakan penyakit virus akut yang menular
biasanya terjadi pada anak-anak dan menyebabkan kekebalan seumur hidup yang
ditandai dengan 3 stadium yaitu stadium prodormal (katar), stadium erupsi, dan
stadium konvalen yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis, dan bercak
koplik.
2. Etiologi
Penyakit morbili atau campak
disebabkan oleh virus campak. Virus campak termasuk di dalam famili paramyxovirus yang merupakan virus
single sranded RNA. Di dalam virus terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong
terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA). Selubung luar
merupakan suatu protein yang bersifat hemagglutinin.
Virus ini sangat sensitive terhadap
panas dan dingin dan dapat diinaktifkan pada suhu 300C dan -200C,
sinar ultraviolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen
(Rampengan,T.h.,1993). Virus morbili dapat diisolasi dalam biakan embrio
manusia atau jaringan ginjal kera rhesus, perubahan sitopatik, tampak dalam
5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multi nucleus dengan 1 neklusi intra
nuclear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul. (Richard E.
Berhman, 1999).
Virus tersebut dapat ditemukan dalam
darah, urin, sereksi naso faring pada masa prodromal. Pada suhu ruangan virus
tersebut tetap aktif selama 24 jam. Cara penularannya adalah dengan droplet
infeksi.
3. Patofisiologi
Perjalanan klinik diawali dengan
infeksi epithel saluran napas bagian atas oleh virus, menyebar ke kelenjar
lympha regional bersama makrofag. Setelah mengalami replikasi dikelenjar limfa
regional, virus dilepas kedalam aliran darah, terjadilah viremia pertama.
Sampailah virus ke sistem reticuloendothelial, dan disusul dengan proses
replikasi. Viremia yg kedua akan mengantar virus sampai ke “multiple tissue site“,
terjadilah proses infeksi di endothelium pembuluh darah, epithelium saluran
napas, dan saluran cerna. Virus menempel pada receptor virus campak pada tempat
tertentu, misalnya pada lapisan lendir saluran nafas, sel otak, dan usus.
Setelah inkubasi selama 10-11 hari,
dalam 24 jam kemudian munculah gejala coryza/ pilek, conjunctivitis/ radang
mata, dan cough/ batuk sebagai gejala periode prodromal. Semua gejala diatas
makin hari makin memberat, mencapai puncaknya pada periode erupsi, saat mulai
muncul ruam pada hari ke 4 sakit, koplik’s spot, bercak putih di depan M1
yang terletak di mukosa pipi, akan muncul dan menjadi tanda klinik yang
pathognomonik.
Gejala panas, cough, coryza, dan
conjunctivitis pada hari ke 4 akan disusul dengan keluarnya ruam erythro
makulopapuler dengan perjalanan dan penyebaran yang khas, sehingga diagnosis
klinik mudah dikenali. Periode konvalescence ditandai dengan tersebarnya ruam
pada seluruh tubuh, yang disertai turunnya temperatur tubuh secara lisis. Panas
pada penyakit campak bersifat “stepwise increase“, yang puncak panasnya terjadi
pada hari ke 5 sakit, dan pada hari ke 6 sakit, bilamana ruam sudah tersebar
pada seluruh tubuh, panas akan menurun dan kondisi klinik akan membaik.
Coryza awalnya bersin-bersin,
disusul dengan hidung buntu, disertai ingus yang mukopurulen, menjadi makin
berat saat ruam mulai muncul, akan tetapi segera hilang pada waktu temperatur
normal, yaitu pada saat ruam sudah menyebar keseluruh tubuh. Conjunctivitis
dimulai dengan adanya “conjunctival injection“ dari palpebra bawah, disusul
dengan keradangan pada conjunctiva, edema palpebra, peningkatan lakrimasi dan
photopobia. Pada penderita anak dengan malnutrisi yang disertai defisiensi
vitamin A, manifestasi klinik conjunctivitis tampil lebih berat, dan dapat
terjadi keratitis, infeksi kornea, ulcus cornea, yang apabila tidak tertangani
secara benar dapat berakibat kebutaan. Batuk yang timbulnya pada periode
prodromal, makin hari makin memberat, mencapai puncaknya pada saat erupsi
keluar. Gejala batuk ini bertahan agak lama, bahkan ada yang berlangsung sampai
beberapa minggu, terutama yang disertai dengan bronkopneumonia.
Ruam penyakit campak adalah
erythromaculopapular, muncul 3-4 hari panas, mulai dari perbatasan rambut
kepala, dahi, belakang telinga, kemudian menyebar ke muka, leher, tubuh,
extremitas atas, terus kebawah, dan mencapai ujung kaki pada pada hari ke 3
ruam muncul. Setelah ruam sudah menyebar keseluruh tubuh, maka ruam awal akan
mengabur, disusul dengan munculnya hiperpigmentasi dan desquamasi. Urutan
lokasi terjadinya fade-hiperpigmentasi-desquamasi, sama dengan urutan lokasi
terjadinya ruam erythro maculopapular. Gejala lain yang dapat dijumpai pada
penyakit campak adalah, gastroenteritis, lympadenopathy generalisata,
laryngotracheitis, bronchitis, dan pneumonitis dan pada anak dengan malnutisi
dapat disertai pneumothorax spontan, protein losing enteropathy, dan gizi buruk
atau aktifasi dari proses tuberkulosis. Apabila natural time table ini
melenceng, maka dicurigai adanya komplikasi, baik karena infeksi virus maupun
infeksi kuman.
4.
Pathway (terlampir)
5. Manifestasi
Klinis
Masa tunas/ inkubasi penyakit
berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang
dibagi dalam 3 stadium:
a.
Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai
oleh demam ringan hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia, dan
konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat
jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan
molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan
pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah,
langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam.
Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi
mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran
darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
b.
Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema/
titik merah di palatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk
makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang
telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka
bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan
didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang
disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black
Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan
traktus digestivus.
c.
Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna
lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi
pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi
ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain
dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu
menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
6. Akibat/
Komplikasi
Akibat/ komplikasi pada penyakit
morbili yaitu sebagai berikut:
a. Komplikasi Akut
1)
Pneumonia merupakan penyebab kematian pertama dari
morbili karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Secara
klinis manifestasinya dapat berupa bronkhiolitis, Bronkopneumonia, dan
Pneumonia Lobaris. Bakteri yang sering menimbulkan Pneumonia pada Morbili
adalah Streptococus, Pneumococus, Stafilococus, Haemofilus, Influenza, dan
kadang-kadang dapat disebabkan oleh Pseudomanas dan Klebsiela. Komplikasi ini harus
dicurigai bila anak dengan morbili menunjukkan adanya gangguan pernafasan
disertai panas yang menetap.
2)
Gastroenteritis
3)
Enchefalitis merupakan komplikasi yang berat dan
sering menyebabkan kematian dan biasanya timbul pada hari ke-2 sampai ke-6
sampai timbulnnya rash. Patogenesis komplikasi ini masih belum diketahui secara
pasti, beberapa dugaan seperti akibat invasi langsung virus morbili ke otak,
aktivasi virus yang laten atau Ensefalomielitis tipe alergi. Gejalanya berupa
panas, sakit kepala, muntah, lemah, kejang, koma atau kelemahan umum.
Perjalanan penyakit ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat dan
berakhir dengan kematian dalam 24 jam.
4)
Otitismedia
5)
Mastoiditis
6)
Laring otrakeobonkhitis
7)
Cervical adenitis
8)
Purpura Trombositopenik
9)
Aktivasi Tuberculosis
10)
Ulcus Kornea
b.
Komplikasi Kronik
1)
SSPE (subakut sklerosing panensefalitis) merupakan
kelainan
2)
Kebutaan
3)
Malnutrisi, terjadi akibat intake yang kurang
(anoreksia, muntah).
7. Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis yang khas, pemeriksaan serologi, isolasi virus dari urine atau
swab nasofaringeal. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya
lekopeni, dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells. Pemeriksaan
serologi dengan ELISA IgM lebih sensitif bila diperiksa antara hari ke-3 sampai
hari ke-28 timbulnya rash.
Pada pemeriksaan serologi dengan
cara heglutinin inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan
adanya antibodi yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan
mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. Tes ini cukup praktis dan spesifik
untuk mendiagnosis morbili atipik dan subklinik.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan campak umumnya ringan,
self limited, tidak tersedia anti viral spesifik, antibiotika tidak
mempengaruhi perjalanan klinik penyakit, sehingga pengobatan campak adalah
suportif. Pemberian Vitamin A dosis tinggi pada penyakit campak yang berat dan
disertai malnutrisi, akan mempercepat penyembuhan pneumonia dan gastroenteritis,
memperpendek lama tinggal di rumah sakit, menurunkan angka kematian. Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik. Imunisasi
campak dilakukan pada semua anak usia 9 bulan, 15 bulan dan 6 tahun .
Proses
keperawatan adalah kegiatan yang berurutan dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah klien, membuat perencaan untuk mengatasinya pelaksanaan
rencana dan mengevaluasi keberhasilann secara efektif terhadap masalah yang
diatasinya.
Proses
keperawatan pada dasarnya adalah metode pelaksanaan asuhan keperawatan yang
sistematis yang berfokus pada respon manusia secara individu, kelompoak dan
masyarakat terhadapat perubahan kesehatan baik aktual maupun potensial.
1. Pengkajian
a. Identitas diri
b. Keluhan
utama: Panas
c. Riwayat
penyakit sekarang, demam ringan hingga sedang, mencapai puncak hari ke 5 sampai
390C-400C. Pada bayi/ anak kecil disertai kejang demam.
d. Riwayat Imunisasi
e. Kontak dengan orang yang terinfeksi
f. Pemeriksaan Fisik:
1) Mata: terdapat konjungtivitis dan fotophobia
2) Kepala: sakit kepala
3) Hidung: Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/ koriza, dan perdarahan hidung (pada stad
eripsi).
4) Mulut &
bibir: Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, dan mulut terasa pahit.
5) Kulit:
Permukaan kulit (kering), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,
muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, dan panas (demam).
6) Pernafasan: Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum.
7) Tumbuh Kembang: BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
8) Pola Defekasi: BAK, BAB, Diare
9) Status Nutrisi: intake-output
makanan, nafsu makanan
g. Keadaan Umum: Kesadaran, TTV
h. Pemeriksaan
penunjang, Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia ringan.
2. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada anak dengan morbili yaitu:
a. Risiko infeksi
berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi (organisme purulen)
b. Nyeri akut berhubungan
dengan lesi kulit, malaise
c. Gangguan
interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya
d. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunitas
e. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
sekresi yang tertahan
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan.
3. Rencana
Keperawatan
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
|
||
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1. Risiko
infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi (organisme purulen)
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ….... infeksi tidak terjadi, dengan
kriteria hasil:
·
Anak yang rentan tidak mengalami penyakit.
·
Infeksi tidak menyebar
·
Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi
seperti infeksi dan dehidrasi.
|
Identifikasi anak berisiko tinggi
Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila
perlu.
Pantau suhu
Pertahankan higiene tubuh yang baik.
Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman
kesukaan anak serta makanan halus atau lunak.
|
memastikan
anak menghindari pemajanan
untuk
memastikan prosedur yang tepat di rumah.
peningkatan
suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat menandakan adanya infeksi.
untuk
mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi
untuk menjamin hidrasi yang
adekuat dan banyak anak-anak yang mengalami anoreksia selama sakit
|
2. Nyeri akut
berhubungan dengan lesi kulit, malaise
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ….... nyeri tidak terjadi/ berkurang,
dengan kriteria hasil:
·
Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari
iritasi.
·
Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan
minimum.
|
Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan
tablet isap.
Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis
Jaga agar anak tetap dingin.
Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti
kalamin
Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus
sesuai kebutuhan dan ketentuan.
|
untuk
menjaga agar membran mukosa tetap lembab
untuk
menghilangkan sekresi atau kusta
karena udara
yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal.
untuk
menurunkan rasa gatal
untuk
mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan mengurangi rasa gatal
|
3.
Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi
dengan teman sebaya
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ….... gangguan interaksi sosial tidak
terjadi, dengan kriteria hasil:
·
Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan
· Anak
melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi
|
Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan
kewaspadaan khusus.
Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker
Berikan aktivitas pengalihan
Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama
hospitalisasi.
Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan terampilan
fisik
|
untuk
meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan.
untuk
memfasilitasi koping positif.
untuk
melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi
untuk
menurunkan perpisahan dan memberikan kedekatan.
untuk
mendorong penerimaan teman sebaya
|
4.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
imunitas
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ….... kerusakan integritas kulit tidak
terjadi, dengan kriteria hasil:
· Intregitas kulit yang baik dapat dipertahankan
(sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi )
· Tidak ada luka atau lesi pada kulit
· Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya cedera berulang
· Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
|
Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih
Pakailah sarung tangan atau restrein siku
Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak
mengiritasi
Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana
panjang, pakaian satu lapis).
Berikan lotion yang melembutkan (sedikit saja pada
lesi terbuka)
Hindari pemajanan panas atau sinar matahari.
|
untuk
meminimalkan trauma dan infeksi sekunder
untuk
mencegah penggarukan
karena
panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
untuk
mencegah penggarukan
karena
pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk menurunkan pruritus
menimbulkan ruam.
|
5.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan sekresi yang tertahan
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ….... jalan nafas efektif, dengan
kriteria hasil:
·
Mempertahankan jalan nafas pasien
dengan bunyi nafas bersih atau jelas.
·
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan
jalan napas, misal: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
|
Auskultasi bunyi napas
Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Catat adanya atau derajat dipsnoe
Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu,
asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Observasi karakteristik batuk
|
beberapa
derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas
takipnea biasanya ada pada
beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress atau
adanya proses infeksi akut.
disfungsi pernapasan adalah
variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang
menimbulkan perawatan di rumah sakit.
pencetus tipe reaksi alergi
pernapasan yang dapat menjadi
episode akut.
batuk dapat menetap tetapi tidak
efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk
paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi.
|
6.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukan, mencerna, dan
mengabsorpsi makanan.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ….... nutrisi seimbang, dengan kriteria
hasil:
· Menunjukkan
peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium
normal.
· Tidak
mengalami tanda malnutrisi.
· Menunjukkan
perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.
|
Kaji riwayat nutrisi, termasuk
makanan yang disukai.
Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Timbang berat badan tiap hari
Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan
atau makan diantara waktu makan.
Observasi dan catat kejadian mual atau muntah,
flatus, dan gejala lain yang berhubungan.
|
mengidentifikasi
defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
mengawasi
masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
mengevaluasi penurunan berat badan
atau efektivitas intervensi nutrisi.
makan sedikit dapat menurunkan
kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
gejala gastro intestinal dapat
menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
|
0 komentar:
Posting Komentar