BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Cedera kepala
A. Definisi
merupakan salahsatu
penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian
besar terjadi akibat kecelakan lalulintas (kapita selekta jilid2 hal3).
Cedera kepala meliputi
trauma kulit kepala ,tengkorak,dan otak.cedera kepala paling sering dan
penyakit neurologic yang serius diantara penyakit neurologic,dan merupakan
proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan raya.Diperkirakan 100.000
orang meninggal setiap tahunnya akibat cerdera kepala,dan lebih dari 700.000
mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit.diantara
50.000dan 90.000 orang setiap tahun mengalami penurunan intelektual atau
tingkah laku yang menghambat kembalinya mereka menuju kehidupan normal. Dua
pertiga dari kasus berusis dibawah 30
tahun,dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita.
Resiko utama pasien yang
mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau
pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan
tekanan intracranial (TIK) .
Cedera kepala dapat
bersifat terbuka (menembus melalui dura meter) atau tertutup (trauma
tumpul,tanpa penetrasi menembus dura). Cedera kepala terbuka memungkinkan
pathogen-patogen lingkungan memiliki akses langsung ke otak .pada kedua jenis
cedera akan terjadi kerusakan apabila pembuluh darah,sel glia,dan neuron
hancur.
B. Etiologi
Penyebab cedera kepala
antara lain adalah kecelakaan lalu lintas,perkelahian,jatuh,dan cedera
olahraga.
Sedera kepala terbuka
sering di sebabkan oleh peluru atau pisau.
C. Klasifikasi Cedera Kepala
- Mekanisme
Ø
Trauma
tumpul : kecepatan tinggi (kecelakaan/tabrakan)
Ø
Trauma
tembus : luka tembus peluru dll.
2. Keparahan cedera
Ø
Ringan:
(glasglow coma scale,GCS) 14-15
o
Definisi: Pasien bangun, dan mungkin bisa
berorientasi
Ø
Sedang
: GCS 9-13
o
Definisi: Pasien mungkin konfusi atau somnolen
namun tetap mampu untuk mengikuti perintah sederhana
Ø
Berat
: GCS 3-8
o
Definisi: Pasien tidak mampu mengikuti bahkan
perintah sederhana karena gangguan kesadaran
3. Morfologi
Ø
Fraktur
kranium
Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar
tengkorak, dan dapat terbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka atau
tertutup. Fraktur dasar tengkorak biasanya merupakan pemeriksaan CT Scan untuk
memperjelas garis frakturnya.
Ø
Lesi
intrakranial
Lesi ini diklasifikasikan dalam lesi local dan lesi difus, walaupun
kedua jenis lesi sering terjadi bersamaan.
Termasuk lesi
lesi local ;
KONKUSIO
Konkusio
adalah cedera kepala tertutup yang ditandai oleh hilangnya kesadaran . konkusio
menyebabkan periode apneu yang singkat .konkusio dapat ringan,sedang,atau
berat,bergantung pada lama kesadaran menghilang. Semakin lama kesadaran
menghilang semakin buruk hasil akhirnya .namun bahkan pada konkusio ringan dapat
terjadi perubahan kognitif perilaku yang samar ,walaupun tidak jelas terdapat
patologi di otak.keadaan tersebut yang disebut sindrom pascakonkusio,dapat menetap selama lebih dari
satu tahun.
HEMATOM EPIDURA
Hematom epidural adalah penimbunan
darah diatas dura meter .hematom epidural terjadi secara akut dan biasanya
karena perdarahan arteri yang mengancam nyawa.
HEMATOM SUBDURA
Hematom Subdura adalah penimbunan
darah dibawah dura meter ,tetapi diatas membrane araknoid.hematom ini biasanya
disebabkan oleh perdarahan vena ,tetapi kadang-kadang dapat terjadi perdarahan
arteri subdural.hematom subdural dapat terbentuk secara cepat,yang disebut Hematom subdural akut,atau dapat
terjadi akibat perdarahan lambat,yang disebut Hematom subdural subakut . orangtua atau pecandu alcohol dapat
menderita hematom yang tumbuh lambat selama beberapa bulan stelah suatu cedera
ringan ,dan mungkin tidak memperlihatkan tanda-tanda yang jelas sampai hematom
tersebut sangat besar ,hal ini disebut Hematom
subdural Kronik.
PERDARAHAN SUBARAKNOID
Perdarahan subaraknoid adalah
akumulasi darah dibawah membrane araknoid,tetapi diatas pia meter.Ruang ini
dalam keadaan normal hanya mengandung cairan serebrospinalis.perdarahan
subaraknoid biasanya terjadi akibat pecahnya aneurisma intrakranium,hipertensi
berat,malformasi arteriovena,atau cedera kepala . penimbunan darah diatas atau
dibawah meninges menyebabkan peningkatan tekanan dijaringan otak dibawahnya.
HEMATOM INTRASEREBRUM
Hematom
intraerebrum adalah perdarahan di otak itu sendiri.hal ini dapat timbul pada
cedera kepala tertutup yang berat ,atau yang lebih sering ,cedera kepala
terbuka.hematom intra serebrum dapat timbul akibat pecahnya suatu aneurisma
atau stroke hemoragik. Perdarahan
diotak menyebabkan peningkatan tekanan intracranial sehingga sel-sel neuron dan
vascular tertekan.
D. Tanda dan gejala
Ø Pada konkusio,segera terjadi
kehilangan kesadaran. Pada hematom ,kesadaran mungkin hilang segera ,atau bertahap
seiring dengan membesarnya hematoma tau edema interstisium.
Ø Respon pupil mungkin lenyap atau
secara progresif memburuk.
Ø
Pola
pernapasan abnormal.
Ø
Nyeri
kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan
inrakranium
Ø
Respon
pupil mungkin lenyap atau secara progresif memburuk.
Ø
Perubahan
perilaku,Perubahan kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan
motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
Ø
Dapat
timbul muntah muntah akibat peningkatan tekanan intrakranium
(corwin,177)
E. Patofisiologi
Hematom temporalis
¯
Melintasi lokasi tengah telinga
¯
Pembuluh darah luka
¯
pendarahan
pada telinga
|
Hematom
¯
Suplai
darah ke daerah vaskuler¯
¯
Gangguan
pada daerah respiratorik
¯
denyut nadi tidak teratur / lambat
¯
TD
Ukuran &reaktivitas pupil
|
Cedera
otak
¯
Kerusakan
otak®RR
¯
Otak
tdk dpt menyuplai O2 &nutrisi
¯
Sel
sel mati
¯
Kerusakan
neuron
¯
Disfungsi
otak tengah
¯
Stupor
¯
Kesadaran menurun
|
Kecelakaan
¯
Trauma/benturan
¯
Cedera
kepala
|
Pendarahan,kerusakan
jaringan otak
¯
Tekanan
intrakranial
¯
aliran
darah ke otak ¯
¯
hipoksia
¯
Iskemik
¯
MO
¯
Muntah
Met.anaerob
¯
As.laktat
¯
nyeri
|
Dilatasi pupil &RR
|
F. Pemeriksaan Diagnostik
Ø
Pemeriksaan
tengkorak dengan sinar X dapat mengidentifikasi lokasi fraktur atau hematom.
Ø
CT
scan /MRI dapat dengan cermat menemukan letak dan luas cedera.
(corwin,177)
G. Komplikasi
Kemunduran pada kondisi pasien
mungkin karena perluasan hematom intracranial ,edema serebral progresif,dan
herniasi otak.
Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum dari peningkatan tekanan intracranial pada
pasien yang mendapat cedera kepala,puncak pembengkakan yang mengikuti cedera kepala terjadi
kira-kira 72 jam setelah cedera.tekanan intracranial meningkat karena
ketidakmampuan tengkorak utuh untuk
membesar meskipun peningkatan volume olehpembengkakan otak diakibatkan dari
trauma .sebagai akibat dari edema dan peningkatan TIK ,tekanan disebarkan pada
jaringan otak dan struktur internal otak yang kaku.bergantung pada tempat
pembengkakan ,perubahan posisi kebawah atau lateral otak (herniasi) melalui
atau terhadap struktur kaku yang terjadi menimbulkan iskemia,infark,kerusakan
otak ireversibel,dan kematian .
Defisit neurologic dan psikologik.
Pasien cedera kepala dapat mengalami
paralisis saraf fokal seperti anosmia (tidak dapat mencium bau-bauan)
Ø
Kebocoran
cairan serebrospinal dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan terjadi
pada 2-6% pasien dengan cedera kepala tertutup.
Ø
Kejang
pasca trauma dapat terjadi dalam 24 jam pertama ,minggu pertama atau lanjut
setelah satu minggu.insiden keseluruhan epilepsi pasca trauma lanjut berulang
setelah cedera kepala tertutup adalah 5%,resiko mendekati 20% pada pasien
dengan pendarahan intrakanial .
Ø
Konkusio
ringan atau sedang biasanya diterapi dengan observasi dan tirah baring
Ø
Mungkin
diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara rendah.
Ø
Pada
pasien yg koma GCS>8 lakukan tindakan
Elevasi kepala 30
- Berikan manitol 20% 1g/kg intravena dalam 20-30 menit.
- Pasang foley kateter
- Monitor tekanan darah jika pasien memperlihatkan tanda kestabilan hemodinamik (hipotensi atau hipertensi)
(corwin,177&kapita selekta2,hal6)
H. Penatalaksanaan
·
Konkusio
ringan atau sedang biasanya diterapi dengan observasi dan tirah baring
·
Mungkin
diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara bedah
·
Mungkin
diperlukan pembersihan/debridement
(pengeluaran benda asing dan sel-sel yang mati) secara bedah,terutama pada
cedera kepala terbuka
·
Mungkin
dibutuhkan ventilasi mekanis
·
Untuk
cedera kepala terbuka diperlukan antibiotic
·
Metode-metode
untuk menurunkan tekanan intracranium termasuk pemberian diuretic dan obat
anti-inflamasi
·
Penilaian
ulang jalan nafas dan ventilasi : umumnya,pasien dengan stupor atau koma (tidak
dapat mengikuti perintah karena derajat kesadaran menurun) harus diintubasi
untuk proteksi jalan nafas.jika tidak ada bukti tekanan intracranial meninggi
,parameter ventilasi harus diatur sampai pco240 mmHg dan
po2 90-100 mmHg.
·
Monitor
tekanan darah : jika pasien memperlihatkan tanda ketidakstabilan hemodinamik
(hipotensi atau hipertensi),pemantauan paling baik dilakukan dengan kateter arteri.
Karena autoregulasi sering terganggu pada cedera kepala akut, maka tekanan
arteri rata-rata harus dipertahankan untuk menghindari hipotensi (<70mmHg)
dan hipertensi (>130mmHg). Hipotensi dapat menyebabkan iskemia otak
sedangkan hipertensi dapat mengeksaserbasi serebri.
·
Pemasangan
alat monitor tekanan intracranial pada pasien dengan skor GCS<8,bila
memungkinkan.
·
Nutrisi:
cedera kepala berat menimbulkan respons hipermetabolik dan katabolic,dengan
keperluan 50-100% lewbih tinggi dari normal.pemberian makanan enteral melalui
pipa nasogastrik atau nasoduodenal harus diberikan sesegara mungkin (biasanya
hari ke-2 perawatan).
·
Penatalaksanaan
cairan : hanya larutan isotonis (salin normal atau larutan ringer laktat) yang
diberikan kepada pasien dengan cedera kepala karena air bebas tambahan dalam
salin 0,45% atau dekstrosa 5% dalam air (D5W) dapat menimbulkan eksaserbasi
edema serebri.
·
CT
scan lanjutan: umumnya,sken otak lanjutan harus dilakukan 24 jam setelah cedera
awal pada pasien dengan perdarahan intracranial untuk menilai perdarahan yang
progresif atau yang timbul belakangan.namun,biaya menjadi kendala penghambat.
0 komentar:
Posting Komentar