Feeds RSS

Minggu, 26 Januari 2014

Oksitosin

Konsep Dasar Oksitosin
a.    Definisi Oksitosin
Oksitosin merupakan suatu hormon yang dalam kondisi normal diproduksi oleh kelenjar hipofisis posterior, merangsang kontraksi uterus. Oksitosin dapat digunakan untuk menginduksi proses persalinan atau augmentasi persalinan dengan kemajuan lambat karena kontraksi uterus tidak adekuat. Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkat lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat, hormon ini akan dilepas ke dalam darah. Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mamae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin, sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin, sedangkan progesteron sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta, dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Tujuan induksi dengan oksitosin ialah mencapai pola kontraksi yang menstimulasi fase aktif persalinan sesegera mungkin.

b.    Indikasi dan Kontraindikasi Induksi Persalinan dengan Oksitosin
Indikasi induksi persalinan dengan oksitosin adalah seperti berikut, tetapi tidak terbatas pada hal-hal dibawah ini:
1)   Bahaya pada janin yang dicurigai
2)   Kebutuhan untuk menstimulasi uterus
3)   Ketuban pecah dini/ PROM (premature ruptur of membranes)
4)   Kehamilan pascapartum (42 sampai 43 minggu)
5)   Masalah medis pada ibu (misalnya, ibu diabetik atau ibu dengan Rh isoimmunisasi berat)
6)   Kehamilan yang berhubungan dengan penyakit hipertensi
7)   Wanita multipara dengan riwayat partus presipitatus yang tinggal jauh dari rumah sakit
Kontraindikasi terhadap stimulasi persalinan dengan oksitosin adalah sebagai berikut, tetapi tidak terbatas pada hal-hal dibawah ini:
1)   Disproporsi sefalopelvis (CPD)
2)   Denyut jantung janin meragukan
3)   Plasenta previa
4)   Riwayat insisi uterus klasik atau bedah uterus
5)   Infeksi herpes genital aktif
Oksitosin dapat menimbulkan bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada ibu meliputi gangguan persalinan dan kontraksi tetanik, yang bisa mengakibatkan plasenta lepas secara prematur, ruptur uterus, laserasi serviks, atau perdarahan setelah melahirkan. Komplikasi-komplikasi ini dapat menyebabkan infeksi, disseminated intravascular coagulation (DIC) dan emboli pulmoner cairan amnion. Wanita juga dapat merasa cemas atau takut jika induksi tidak berhasil akibat kekhawatiran mereka terhadap metode melahirkan. Bahaya janin meliputi asfiksia janin dan hipoksia neonatus akibat kontraksi yang terlalu sering dan lama, cedera fisik, dan prematuritas jika taksiran partus tidak akurat.

c.    Mekanisme Kerja Oksitosin
Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari. Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin. Di dalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai, serviks akan berdilatasi sehingga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting.
Secara in vivo, oksitosin diproduksi pada nucleus paraventrikuler hipotalamus dan disalurkan ke hipofisis posterior. Meskipun regimen dari oksitosin bermacam-macam, diperlukan dosis yang adekuat untuk menghasilkan efek pada uterus. Dosis antara 4 sampai 16 miliunit permenit. Dosis untuk tiap orang berbeda-beda, namun biasanya dimulai dengan dosis rendah sambil melihat kontraksi uterus dan kemajuan persalinan.
d.   Prosedur Pemberian Infus Oksitosin
1)        Semalam sebelum infus oksitosin, hendaknya penderita sudah tidur dengan nyenyak
2)        Pagi harinya penderita diberi pencahar
3)        Infus oksitosin hendaknya dikerjakan pada pagi hari dengan observasi yang baik
4)        Disiapkan cairan Dextrose 5% 500 ml yang diisi dengan 5 unit oksitosin
5)        Cairan yang sudah mengadung 5 unit oksitosin ini dialirkan secara intravena melalui saluran infus dengan jarum no. 20
6)        Jarum suntik intravena dipasang pada vena dibagian volar lengan bawah
7)        Tetesan permulaan dibuat agar oksitosin mencapai jumlah 2 mU per menit
8)        Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam 15 menit ini his tetap lemah, tetesan dapat dinaikkan. Umumnya tetesan maksimal diperbolehkan sampai mencapai kadar oksitosin 30-40 mUI per menit. Bila sudah mencapai kadar ini, namun kontraksi rahim belum juga timbul, maka berapapun kadar oksitosin yang dinaikkan tidak akan menimbulkan tambahan kekuatan kontraksi lagi. Sebaiknya infus oksitosin ini dihentikan.
9)        Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda-tanda ruptur uteri membakat, maupun tanda-tanda gawat janin.
10)    Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat, maka kadar tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
11)    Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai, yaitu sampai satu jam sesudah lahirnya plasenta.
12)    Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dengan periksa dalam bila his telah kuat dan adekuat. Pada waktu pemberian infus oksitosin bila ternyata kemudian persalinan berlangsung, maka infus oksitosin dilanjutkan sampai pembukaan lengkap. Segera setelah kala dua dimulai, maka tetesan infus oksitosin dipertahankan dan ibu dipimpin mengejan atau dibimbing dengan persalinan buatan sesuai dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bila sepanjang pemberian infus oksitosin timbul penyulit pada ibu maupun janin, maka infus oksitosin harus segera dihentikan dan kehamilan segera diselesaikan dengan seksio sesaria.                                                                              (Hanifa: 2007)

0 komentar:

Posting Komentar