Feeds RSS

Minggu, 26 Januari 2014

Induksi Persalinan

Konsep Dasar Induksi Persalinan
a.    Definisi Induksi Persalinan
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan, atau belum in partu, dengan kemungkinan janin dapat hidup di luar kandungan (umur kandungan di atas 28 minggu) (Manuaba, 2010: 451).
Induksi persalinan merupakan suatu proses untuk memulai aktivitas uterus untuk mencapai pelahiran per vaginam.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his.


b.    Jenis Induksi Persalinan
Ada dua cara yang biasanya dilakukan oleh untuk memulai proses induksi, yaitu kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini dilakukan untuk mengeluarkan zat prostaglande (prostaglandin) yang fungsinya sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi. Jenis induksi persalinan antara lain:
1)   Kimia
a)    Infus oksitosin
b)   Prostaglandin
c)    Cairan hipertonik intrauterin
2)   Mekanik
a)    Amniotomi
b)   Melepaskan selaput ketuban dari bawah rahim (Stripping of the membrane)
c)    Pemakaian rangsangan listrik
d)   Rangsangan pada puting susu
c.    Tujuan Induksi Persalinan
Tujuan melakukan induksi antara lain:
1)   Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan kelanjutan kehamilan
2)   Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan penurunan janin tanpa meyebabkan hiperstimulasi uterus atau komplikasi janin
3)   Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin dan memaksimalkan kepuasan ibu
d.   Indikasi Induksi Persalinan
Indikasi melakukan induksi persalinan antara lain:
1)   Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau his. Padahal kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih (sembilan bulan lewat).
2)   Induksi juga dapat dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu menderita tekanan darah tinggi, terkena infeksi serius, atau mengidap diabetes.
3)   Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan berisiko/membahayakan hidup janin.
4)   Membran ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda awal persalinan.
5)   Plasenta keluar lebih dahulu sebelum bayi.
Indikasi induksi persalinan berdasarkan tingkat kebutuhan penanganan, antara lain:
1)   Indikasi darurat:
a)    Hipertensi gestasional yang berat
b)   Diduga komplikasi janin yang akut
c)    PJT (IUGR) yang berat
d)   Penyakit maternal yang bermakna dan tidak respon dengan pengobatan
e)    APH yang bermakna dan Korioamnionitis
2)   Indikasi segera (Urgent)
a)    KPD saat aterm atau dekat aterm
b)   PJT tanpa bukti adanya komplikasi akut
c)    DM yang tidak terkontrol
d)   Penyakit iso-imun saat aterm atau dekat aterm
3)   Indikasi tidak segera (Non urgent)
a)    Kehamilan ‘post-term’
b)   DM terkontrol baik
c)    Kematian intrauterin pada kehamilan sebelumnya
d)   Kematian janin
e)    Problem logistik (persalinan cepat, jarak ke rumah sakit)



Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi di bawah ini, yaitu:
1)   Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan menipis dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, serta sumbu serviks mengarah ke depan.
2)   Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD).
3)   Tidak terdapat kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan.
4)   Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.
Apabila kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi maka induksi persalinan mungkin tidak memberikan hasil yang diharapkan. Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor bishop. Bila nilai lebih dari 8 induksi persalinan kemungkinan akan berhasil.
e.    Kontraindikasi Induksi Persalinan
Kontraindikasi pada induksi persalinan yang akan dilakukan lebih merugikan dibandingkan tindakan seksio sesaria langsung, antara lain:
1)   Disproporsi sefalopelvik
2)   Insufisiensi plasenta
3)   Malposisi dan malpresentasi
4)   Plasenta previa
5)   Gemelli
6)   Distensi rahim yang berlebihan
7)   Grande multipara
8)   Cacat rahim
f.     Risiko Melakukan Induksi Persalinan
Risiko induksi persalinan yang mungkin terjadi diantaranya adalah:
1)   Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya proses induksi dihentikan dan dilakukan operasi caesar.
2)   Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin  (stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, penolong harus memantau gerak janin. Bila dianggap terlalu beresiko menimbulkan gawat janin, proses induksi harus dihentikan.
3)   Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yang sebelumnya pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal.
4)   Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harus diwaspadai. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak ibu, atau paru-paru. Bila terjadi, dapat merenggut nyawa ibu seketika.

0 komentar:

Posting Komentar