Feeds RSS

Rabu, 09 April 2014

TAK halusinasi


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI


A.    TOPIK
1.      Topik              : Stimulasi Persepsi Penglihatan
2.      Kegiatan         : Mengenal Halusinasi
3.      Sasaran           : Lima Orang Peserta
4.      Tempat           : Ruang Serba Indah

B.     TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulasi kepadanya.
2.      Tujuan Khusus
a.       Klien dapat mengenal halusinasinya.
b.      Klien dapat mengenal waktu terjadinya halusinasi.
c.       Klien dapat mengenal situasi terjadinya halusinasi.
d.      Klien dapat mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.

C.     LANDASAN TEORI
1.      Latar Belakang
Kelompok adalah suatu sistem sosial yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi, inteleransi, interdependensi dan saling membagikan norma sosial yang sama (Stuart & Sundeen, 1998). Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997).
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart & Sundenn, 1998).
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.
2.      Landasan Teori
a.       Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi tentang objek bayangan dan sensasi yang timbul tanpa stimulus eksternal. Individu mendengar suara tanpa adanya rangsang akustik. Ia melihat seekor kucing di tempat tidurnya tanpa adanya sesuatu yang dapat dilihat atau mencium bau racun tanpa adanya sesuatu yang merangsang indera penciuman (Wilson, 1983).
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu perserapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. (Miramis, 1998)
b.      Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
1)        Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2)        Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3)        Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4)        Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5)        Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
6)        Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
c.       Rentang Respon
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcj4Agh-eiq4IjQLeCTDIwh1dxrdIrpJwQxmdmXzcAa4B5eyW-0IBWu8z2ZCH7626dpulA5law_I0sRjgaBdGfwjtvTsZLYddbIHoitO_RQGNdmovbW_iBFlv_MfhgVQjpMx2gUrXRg94/s320/1.jpg 
Rentang Respon Neurobiology (Stuart dan Laraia, 2001)


d.      Tahapan
Menurut Stuart dan Laraia, membagi fase Halusinasi dalam 4 fase yaitu :
1)        Fase I Comforting (Ansietas Sedang) atau Halusinasi menyenangkan.
Karakteristik: Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani. (non psikotik)
Tanda dan Gejala: Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik, diam dan asyik menyendiri.
2)        Fase II Condemning (Ansietas berat) atau halusinasi menjijikkan.
Karakteristik: Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan atau klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. (Psikotik ringan)
Tanda dan gejala: Meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom dan tekanan darah, rentang peningkatan denyut jantung. Pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
3)        Fase III Controlling (Ansietas berat) atau pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik: Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerahkan pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti (Psikotik)
Tanda dan Gejala: Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti kesukaan berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas mampu mematuhi perintah.
4)        Fase IV Conquering (Panic) atau umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya.
Karakteristik: pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasinya berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik berat).
Tanda dan Gejala: perilaku terror akibat panik. Potensi buat solude atau nomiede aktifitas perilaku kekerasan. Agitasi menarik diri atau katatonia, tidak mampu berespon terhadap perintah kompleks, tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
3.      Metode Terapi Aktivitas Kelompok
Metode yang digunakan pada Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) ini adalah metode:
a.       Diskusi dan tanya jawab.
b.      Bermain peran/stimulasi.
c.       Melengkapi jadwal harian.
Kegiatan TAK menggunakan sistem sesi yang dibagi menjadi lima sesi, setiap sesi memiliki tujuan khusus yang berbeda.

D.    KRITERIA KLIEN
1.         Klien dengan ganguan presepsi halusinasi yang sudah mulai mampu mengintreprestasikan realitas terhadap diri sendiri maupun orang lain.
2.         Klien dengan ganguan presepsi sensori halusinasi yang sudah mulai mampu mengontrol halusinasinya.
3.         Klien dengan kondisi fisik baik/sehat.

E.     PROSES SELEKSI
1.         Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
2.         Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
3.         Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
4.         Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok.

F.      URAIAN STRUKTUR KELOMPOK
1.      Tempat                       : Ruangan Serba Indah
2.      Hari/Tanggal              : Sabtu, 1 Februari 2014
3.      Waktu                                    : 11.00 WIB
4.      Pengorganisasian
a.       Jumlah dan Nama Klien
Jumlah klien 5 orang yaitu Tn. A, Tn. E, Tn. I, Tn. S, dan Tn. U
b.      Leader dan Uraian Tugas
Leader                  : Wawan
Uraian tugas         :
1)      Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal)
2)      Mengarahkan kelompok
3)      Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan dan memberikan umpan balik
4)      Sebagai role model
5)      Memotivasi anggota
c.       Co Leader dan Uraian Tugas
Co leader              : Galih Gani Ginanjar
Uraian tugas         :
1)      Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2)      Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3)      Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4)      Menggantikan leader jika terhalang tugas.
d.      Fasilitator dan Uraian Tugas
Fasilitator             : Rinaldi
Uraian tugas         :
1)      Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2)      Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3)      Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
4)      Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5)      Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6)      Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
e.       Observer dan Uraian Tugas
Observer               : Dede, Marsalena, Nur Azizah, Resi, dan Yudith
Uraian tugas         :
1)      Mengoservasi setiap respon klien
2)      Mencatat semua proses
3)      Memberikan umpan balik pada kelompok
4)      Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan jalannya acara
5)      Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan evaluasi kelompok.
5.      Langkah-Langkah
a.       Salam terapeutik
1)      Salam terapeutik kepada klien
2)      Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri papan nama)
3)      Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien (beri papan nama)
b.      Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c.       Kontrak
1)      Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenal suara-suara yang didengar
2)      Leader menjelaskan aturan main
3)      Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada leader
4)      Lama kegiatan 45 menit
5)      Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d.      Tahap kerja
1)      Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal suara-suara  yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien pada saat halusinasi muncul
2)      Leader meminta klien menceritakan isi halusinasi, waktu terjadinya, situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Hasilnya ditulis di whiteboard
3)      Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
4)      Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan perasaan klien dari suara yang biasa didengar
e.       Tahap terminasi
1)      Evaluasi dan Dokumentasi
a)      Leader menanyakan perasaan klien setelah menikuti TAK
b)      Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
Evaluasi
Formulir yang di evaluasi
Sesi I TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi) Kemampuan Personal/Halusinasi
No
Nama Klien
Menyebut Isi Halusinasi
Menyebutkan Waktu terjadi Halusinasi
Menyebut Situasi Halusinasi Muncul
Menyebut Perasaan saat berhalusinasi







Petunjuk:
a.       Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b.      Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi, waktu, situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda   jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan setiap klien. Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.
2)      Tindak Lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaan jika halusinasi muncul
3)      Kontrak yang akan datang
a)      Menyepakati TAK yang akan datang: cara mengontrol halusinasi
b)      Menyepakati waktu dan tempat.
6.      Perilaku yang Diharapkan
a.       Persiapan (Terapis dan Klien)
1)      Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
2)      Posisi tempat dilantai menggunakan tikar
3)      Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
4)      Alat yang digunakan dalam kondisi baik
5)      Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
b.      Proses
1)      Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
2)      Leader mampu memimpin acara.
3)      Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4)      Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
5)      Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
6)      Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
7)      Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir

c.       Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
1)      Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
2)      Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas.

G.    ATURAN MAIN
1.         Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2.         Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3.         Peserta berpakaian rapih, bersih, dan sudah mandi.
4.         Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan (TAK) berlangsung.
5.         Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6.         Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
7.         Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8.         Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun TAK belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK kepada anggota.

H.    PROGRAM ANTISIPASI
Ada beberapa langkah yanga dapat diambil dalam mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-langkah yang diambil dalam program antisipasi masalah adalah:
1.         Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun pada saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang diambil adalah mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria dan telah disepakati oleh anggota kelompok lainnya.
2.         Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak mentaati tata tertib yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih dahulu dan bila masih tidak kooperatif, maka dikeluarkan dari kegiatan.
3.         Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak boleh dilakukan.
4.         Klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok penanganannya adalah dengan memberikan motivasi oleh fasilitator.
5.         Bila klien meninggalkan permainan tanpa ijin, panggil nama klien, tanyakan alasan klien meninggalkan permainan, berikan motivasi agar klien kembali mengikuti permainan.
6.         Klien lain yang ingin mengikuti permainan, beri penjelasan pada klien tersebut bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang dipilih, katakan pada klien lain tersebut bahwa akan ada waktu khusus untuk mereka.

I.       ALAT BANTU
TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alat hanya yang ada diruangan saja seperti:
1.         Spidol
2.         Papan tulis.
3.         Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya).

J.       SETTING TEMPAT
Adapun setting tempat yang akan digunakan untuk pertemuan TAK adalah sebagai berikut
1.         Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran/kotak.
2.         Ruangan nyaman dan tenang.


Keterangan:
L               : Leader
Co.           : Co. Leader
F               : Fasilitator
O              : Observer
K              : Klien

K.    PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya dalam kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.

L.    DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

0 komentar:

Posting Komentar