Feeds RSS

Rabu, 01 Mei 2013

PEB dan IUFD

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Preeklampsia
2.1.1. Pengertian
Suatu kondisi spesifik kehamilan di mana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Preeklampsi merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Diagnosis preeklampsia secara tradisional didasarkan pada adanya hipertensi disertai proteinuria dan edema. Akan tetapi, temuan yang paling penting ialah hipertensi, dimana 20% pasien eklampsia tidak mengalami proteinuria yang berarti sebelum serangan kejang pertama. (Willis, Blanco 1990)
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke tiga kehamilan. Tetapi, dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik dan diastolik sampai mencapai atau melebihi 140/90 mmHg. Kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg/lebih/kenaikan tekanan diastolik sebesar 15 mmHg diatas nilai tekanan darah dasar ibu.
Proteinuria adalah konsentrasi protein sebesar 0,1 g/L (>2+ dengan cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam.  Pada spesimen urine 24 jam proteinuria didefinisikan sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 g per 24 jam.
Edema adalah suatu akumulasi cairan interstisial umum setelah 12 jam tirah baring atau peningkatan berat lebih dari 2 kg per minggu. Penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh,dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan BB serta pembengkakan kaki,jari tangan,dan muka.

2.1.2. Etiologi Preeklampsia
Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tanda dan gejala timbul hanya selama masa hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan menderita preeklampsia. Akan tetapi, ada beberapa faktor risiko tertentu yang berkaitan dengan perkambangan penyakit: primigravida, grend multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari 1, morbid obesitas. Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomali rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 25%. Preeklamsia ialah suatu penyakit yang tidak terpisahkan dari preeklampsia ringan sampai berat, sindrom HELLP, atau eklamsia.
Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terytama primagravida muda. Diabetes miletus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidopspetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan predisposisi untuk terjadinya preeklampsia.

2.1.3. Patofisiologi
    Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).



Perubahan pada organ-organ:
1.    Otak
Pada preeklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan selebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapa terjadi perdarahan.
2.    Plasenta dan rahim
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada eklampsi dan preeklampsi sering terjadi peningkatan tonus rahi dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.
3.    Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4.    Paru-Paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsi biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pneumonia atau abses paru.
5.    Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Maka harus dicurigai terjadinya preeklampsia. Gejala lain yang dapat menunjukkan tanda preeklampsi berat yang mengarah pada eklampsi adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau didalam retina.
6.    Keseimbangan air dan elektrolit
Pada preeklampsi berat dan eklampsi, kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang.
2.1.4. Tanda dan gejala
a)    T.D sistolik ≥160 mmHg
b)    T.D diastolik≥110 mmHg
c)    dan ikterus
d)    Trombosis ≤ 100.000/mm3 Peningkatan kadar enzim hati
e)    Oliguria ≤ 400ml/24 jam
f)    Proteinuria > 3g/liter
g)    Nyeri epigastrium
h)    Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri prontal yang berat
i)    Perdarahan retina
j)    Edema pulmonum
k)    Koma
2.1.5. Pemberian Terapi
a.    Dextrose 10%
cairan hipertonik yang memiliki osmolaritas tinggi dibanding dengan serum,sehingga mampu menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah, mampu menstabilkan tekanan darah,meningkatkan produksi urine,mengurangi edema.

b.    MgSO4
    Guna    : untuk mengontrol serangan ketika kehamilan, mengobati kekurangan magnesium, masalah yang berhubungan dengan keadaan ginjal (nephritis) pada anak-anak, dan mengobati seranganjantung dan asma.
    Indikasi    : pencegahan kejang berulang dalam eklamsia dan pre-eklamsia
    Perhatian: pasien harus dipantau ketat : tekanan darah, frekuensi napas, volume urin, tanda klinis overdosis (refleks patella berkurang, lemah, sensasi hangat, kemerahan, pandangan ganda, dan bicara cadel). Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan hati, gangguan ginjal, wanita hamil.
    Efek Samping: mual, muntah, terasa haus, hipotensi, mengantuk, lemah otot, pernapasan melemah.

c.    Captopril
Indikasi
Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif. Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.



Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).

d.    Asam Mefenamat
Indikasi
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.

Kontraindikasi
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam mefenamat.

Efek samping
Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.

e.    Elkrip
    Guna : anti infertil, & parkinson, menghambat produksi ASI.
    Indikasi: terapi utk hiperprolactinemia, amenorrhea dgn/tanpa galactorrhea, infertilitas, hipogonadism, parkinson.
    Ki    : hipersensitivitas trhdp ergot alkaloid, jantung iskemik parah, skit dskitar PD, kehamilan.
    Eso : hipertensi, stroke, pusing, ataxia, insomnia, halusinasi, depresi, vertigo, diare, konstipasi, anorexia dispepsia, mual, muntah.










f.    Oksitosin
Indikasi
    hipertensi akibat kehamilan
    hiprtensi maternal kronik
    ketuban pecah dini > 24 jam sebelum waktunya
    korioamnionitis
    post matur (gestasi < dari 24 minggu)
    retardasi pertumbuhan intrauterin
    oksitosin Challenge test positif (CST)
    diabetes melitus maternal (klas B-F)
    penyakit ginjal maternal
    isoimunisasi Rh
    kematian janin intrauterine
Kontraindikasi
    Disproporsi kepala janin dan pelvik (disproporsi sefalopelvik)
    Persentasi janin yang tidak menguntungkan (sungsang)
    Posisi janin itu utero yang tidak menguntungkan
    Disters janin yang diketehui dengan pasti prematuritas
    Plasenta previa atau di curigai adanya solusio plasenta
    Hipertensi  berat akibat kehamilan
    Grande multipara
    Kehamilan gemeli
    Riwayat trauuma uterus
    Pernah mengalami operasi besar pada daerah servik atau uterus
    Cairan amnion yang berlebihan yang menyebabkan uterus sangat merenggang

g.    Cefadroxil
    Guna    : anti infeksi
    Indikasi    : pengobatan suspek infeksi bakteri, termasuk yg disebabkan olh grup A beta-hematolic Streptococcus. Profilaksi bakteri endokarditis pd pasien yg alergi trhdp penisilin yg operasi & tndakan pd gigi.
    Ki    : hipersensitif thdp sefadroksil, kmponen lain dlm sdiaan & sefalosporin lain.
    Eso    : diarew, abdominal pain, dispepsia, demam, mual, muntah.

h.    Valium
Indikasi
    Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot.

Kontraindikasi
    Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, bayi prematur; tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang disertai dengan depresi. (IONI)

Efek Samping
Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia.
    Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada mulut.

a.    Roborantia : Multivitamin.
2.1.6. Nutrisi
    Konsumsi diet yang bergizi dan seimbang. Kolaborasi dgn ahli diet untuk menentukan diet yang paling cocok untuk setiap wanita
    Hindari alkohol dan rokok
    Minum air 8-10 gelas berukuran 8ons tiap hari
    Konsumsi makanan yang mengandung serat misalnya: gandum utuh, buah-buahan mentah dan sayur mayur
    Hindari makanan asin (makanan kaleng, soda, kentang goreng, asinan, acar)

Tujuan dari pengaturan diet pada preeklamsi adalah :

    Mencapai dan mempertahankan status gizi normal.
    Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal.
    Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air.
    Menjaga keseimbangan nitrogen
    Menjaga agar pertambahan berat badan tidak melebihi normal.
    Mengurangi atau mencegah timbulnya resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau persalinan.

2.1.7. Penatalaksanaan Diagnostik
Tes diagnostik dasar   
•    Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
Tes laboratorium dasar
•    Evaluasi hematologik
•    Pemeriksaan fungsi hati
•    Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).   
•    Uji untuk meramalkan hipertensi   
•    Roll Over test   
•    Pemberian infus angiotensin II.

2.1.8. IUFD (Intra Uteri Fetal Death)
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat dikarenakan     berbagai hal seperti:
    Terkena lilitan tali pusat,
    Pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi si ibu yang mengandung.
    Namun dilihat dalam kasus IUFD disebabkan karena isufisiensi placenta, sehingga suplai darah ke janin berkurang, dan terjadi hipoksia yang lama.hal ini disebabkan jugga karena ibu mengalami pre-eklamsi berat dimana suatu kondisi, sang ibu mengalami hipertensi kronis.
Tanda-tanda kematian anak dalam rahim :
    bunyi jantung anak tidak terdengar lagi.
    Rahim tidak membesar malahan fundus uteri turun
    Ibu tidak merasa ada pergerakan anak lagi

Mekanisme IUFD
Mekanisme IUFD berawal dari volume darah berkurang setelah itu HB menurun dan mengalami hipotensi yang berpengaruh pada curah jantung. Dari uraian itu seterusnya membuat suplai darah ke perirfer sehingga menyebabkan hipoksia ke janin dan detak jantung janin melemah yang akhirnya terjadi IUFD
Yang Menyebabkan Kematian pada saat bayi dalam kandungan

    Obat – obatan
    Sinar X
    Infeksi – infeksi
    Latar belakang etnik
    Keturunan
    Pekerjaan

2.2    Episiotomi
2.2.1. Pengertian
Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit depan perineum.
2.2.2. Jenis-Jenis Episiotomi
a. Episiotomi medialis
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani.



Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
    perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
    sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
Kerugiannya adalah dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplet (laserasi m.sfingter ani) atau komplet (laserasi dinding rektum).
b.    Episiotomi mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm.
Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.

c.    Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.

d.    Insisi Schuchardt
Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar

2.3    Kontrasepsi
2.3.1. Uraian IUD
Ko polimer etilen vinil asetat berbentuk T ini memiliki batang vertikal yang mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat dalam dasar silikon. Alat ini mengeluarkan progesteron sekitar 65 mg/hari ke dalam rongga uterus selama 1 tahun.
Jumlah ini tidak mempengaruhi kadar progesteron plasma. Alat ini memiliki panjang 36 mm dan lebar 32 mm dan terdapat benang hitam atau biru tua yang melekat ke pangkal batang. Untuk memasang harus di tarik.

2.3.2. Jenis-jenis IUD di Indonesia
a.    Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
b.    Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
c.    Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
d.    Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.

2.3.3. Cara Kerja IUD
    Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
    Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
    IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
2.3.4. Efek Menguntungkan Penggunaan IUD
Menurut Dr David Grimes dari Family Health International di Chapel Hill, Carolina Utara, seperti dikutip News yahoo, dokter sering kali melupakan manfaat IUD dalam pengobatan endometriosis.
Laporan tersebut diungkapkan dalam pertemuan di The American College of Obstetricians and Gynecologist, New Orleans. David mengatakan, IUD mampu mengurangi risiko kanker endometrium hingga 40 persen. Perlindungan terhadap kanker ini setara dengan menggunakan alat kontrasepsi secara oral.
    Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
    IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
    Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
    Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
    Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
    Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
    Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
    Dapat digunakan sampai menopause
    Tidak ada interaksi dengan obat-obat
    Membantu mencegah kehamilan ektopik
    Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
2.3.5. Efek Merugikan Penggunaan IUD
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut.

Daftar Pustaka
1.    Bobak,Lowdermik,Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.
2.    Klein, Susan & Fiona Thomson. 2008. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : PALMALL.
3.    Manuaba, dr.I.A.Chandranita,Sp.OG. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC.
4.    Mochtar, Prof.Dr.Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
5.    Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
6.    Rayburn, William F. 2001. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Widya Medika.

0 komentar:

Posting Komentar