FISIOLOGI
A.
HOMEOSTATIS
Homeostatis
merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi
berbagai kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis dapat terjadi apabila
tubuh mengalami stres, yang secara alamiah tubuh akan melakukan mekanisme
pertahanan diri untuk menjaga kondisi agar tetap seimbang. Homeoststis adalah
suatu proses pemeliharaan stabilitas dan adaptasi terhadap kondisi lingkungan
sekitar yang terjadi secara terus-menerus.
Pengaturan
fisiologis digunakan untuk mengembalikan keadaan normal apabila terganggu. Pengaturan sifat pendaparan dilakukan oleh
ginjal dan pernapasan. Cairan tubuh merupakan objek homeostatis karena dalam
cairan tubuh diatur keseimbangan bermacam-macam elektrolit. Homeostatis juga
mengatur keseimbangan asam dan basa. Cairan tubuh diatur agar suhunya selalu
konstan 370C dengan cara mekanisme produksi dan pelepasan panas.
Distribusi
cairan tubuh:
1.
Cairan intrasel. Cairan yang berada di dalam
sel di bawah suatu bentuk pengendalian karena membran sel bersifat permeabel
dan cairan dalam selharus mempunyai mekanisme tertentu untuk mencegah masuknya
air yang tidak terkendali dan mengeluarkan cairan secara terkendali. Volume air
dalam sel tidak dapat diukur.
2.
Cairan ekstrasel. Cairan yang berada di luar
sel atau di antara sel (dalam jaringan), terdiri dari volume CES yang sukar
diukur karena batas ruang yang sukar ditetapkan. CES terdiri dari:
a.
Cairan interstisial: cairan yang berada di
antara sel jaringan
b.
Cairan intravaskuler (plasma): cairan yang
berada dalam pembuluh darah yang membawa oksigen ke dalam jaringan dan
mengeluarkan karbondioksida
c.
Cairan limfe: cairan yang berada dalam
pembuluh limfe yang mengangkut partikel protein ke dalam pembuluh darah.
d.
Cairan transeluler: cairan yang berada di
tempat khusus misalnya cairan otak, cairan sendi, cairan bola mata dll.
B.
CAIRAN DAN
TRANSPORT MEMBRAN
Air
beserta unsur-unsur di dalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut
cairan tubuh. Cairan ini sebagian berada di luar sel (ekstraseluler) dan
sebagian lagi di dalam sel (intraseluler). Cairan tubuh terdiri dari:
Cairan intraseluler (dalam
sel), 50% dari berat badan letaknya di dalam sel dan mengandung elektrolit,
kalium fosfat, dan bahan makanan seperti glukosa dan asam amino. Kerja enzim
dalam sel sifatnya konstan, memecahkan dan membangun kembali sebagaimana dalam
semua metabolisme untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
Cairan ekstraseluler atau
intertisial (di luar sel), membentuk 30% cairan dalam tubuh (kurang lebih 12
liter). Air ini merupakan medium di tengah sel hidup. Sel menerima garam,
makanan, oksigen, dan melepaskan semua hasil buangannya ke dalam cairan itu
juga.
Plasma darah, 5% dari berat tubuh (3 liter),
merupakan sistem transpor yang melayani semua sel melalui medium cairan
ekstraseluler.
Komposisi cairan
tubuh
|
1.
Cairan elektrolit
a.
Kation
-
Kalium (K+)
-
Natrium (Na+)
-
Kalsium (Ca+)
-
Magnesium (Mg+)
b.
Anion
-
Klorida (Cl-)
-
Karbonat (HCO3-)
-
Fosfat (PO4-)
-
Sulfat (SO4-)
-
Protein
-
Asam organik
2.
Cairan yang bukan elektrolit
a.
Air (H2O)
b.
Dekstrose
c.
Ureum
d.
Kreatinin
|
Salah satu fungsi dari membran sel
adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati
membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara
itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion,
dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam
sel.
Banyaknya molekul
yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu
lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk
molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor
aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Transpor pasif
Transpor pasif
merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya. Transpor
pasif ini bersifat spontan. Difusi,
osmosis,
dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi
akibat gerak termal yang meningkatkan entropi
atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi
akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk.
Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah
perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari
hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam
transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul
yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air
dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi
transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Transpor aktif
Transpor aktif
merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah
perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif
membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam
transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore.
Yang termasuk
transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light
driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal
dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang
mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer
kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu
siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump
umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan
contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.
C.
LISTRIK
BIOLOGIS DAN POTENSIAL AKSI
1.
Listrik Biologis
2.
Potensial Aksi
Potensial aksi merupakan gambaran stereotype
yang terdiri dari depolarisasi dan repolarisasi pada membran yang terjadi jika
membran mendapat rangsangan dengan intensitas sama atau lebih besar daripada
rangsangan ambang (threshold).
Jenis
rangsangan pemicu potensial aksi:
a.
Listrik
b.
Kimia
c.
Mekanik
d.
Termis
e.
Hormon
f.
Neurotransmiter
Jenis rangsangan berdasarkan intensitasnya
a.
Subliminal: rangsangan yang lebih rendah
daripada rangsangan ambang (threshold). Mengakibatkan potensial aksi lokal.
b.
Liminal: rangsangan terkecil yang sudah mampu
membangkitkan potensial aksi yang dijalarkan. Rangsangan telah berhasil
mencapai rangsangan ambang.
c.
Maksimal: rangsangan yang lebih besar daripada
rangsangan liminal dan mampu menimbulkan kontraksi otot maksimal. Kontraksi
maksimal: kontraksi yang tidak bertambah kekuatannya meskipun rangsangan untuk
menimbulkannya ditingkatkan lagi.
d.
Supra liminal: rangsangan yang melebihi
maksimal (juga liminal) tetapi kekuatan kontraksi yang ditimbulkan tidak akan
melebihi kontraksi akibat rangsangan maksimal.
Macam potensial aksi
a.
Potensial aksi spike/ pasak
1)
Saraf
2)
Otot rangka
b.
Potensial aksi plateau
1)
Otot jantung
0 komentar:
Posting Komentar