TUGAS
FISIOLOGI
SISTEM
RESPIRASI
Sabtu, 20 Oktober 2012
Nur Azizah
NIM 4002120107
1. Jelaskan
definisi sistem pernapasan?
Jawaban:
Peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung (oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara
ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 2006).
Proses pengambilan gas oksigen dari
lingkungan dan pengeluaran karbondioksida dari dalam tubuh makhluk hidup.
2. Jelaskan
mekanisme kerja paru?
Paru-paru berfungsi sebagai
penyuplai oksigen bagi tubuh kita dan ia bekerja secara otomatis. Ketika tubuh
bekerja keras, paru-paru akan bekerja lebih cepat. Sebaliknya, ketika tubuh
dalam keadaan santai, paru-paru juga bekerja dengan lebih pelan.
Manusia menghirup udara untuk
mendapatkan oksigen, namun tidak semua udara yang dihirup dapat digunakan oleh
tubuh, karena udara tercampur dengan berbagai jenis gas. Pada waktu kita
bernapas, paru-paru menarik udara dari ruang tenggorokan. Saat dihembuskan,
rangka tulang rusuk tertarik ke arah dalam, dan diafragma di bawah tulang rusuk
bergerak ke atas. Ketika paru-paru mengecil, udara yang ada di dalam kantung
udara sedikit demi sedikit terdorong ke luar melalui batang tenggorokan. Jika
oksigen sudah sampai pada bronkus, maka oksigen siap untuk masuk ke dalam
saluran paru-paru. Oksigen akan berdifusi lewat pembuluh darah berupa
kapiler-kapiler arteri dengan cara difusi. Kapiler-kapiler ini terdapat pada
alveolus yang merupakan cabang dari bronkiolus. Pada alveolus ini akan terjadi
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Oksigen diikat oleh hemoglobin dalam
sel-sel darah merah (eritrosit), lalu diedarkan ke seluruh sel-sel tubuh yang
nantinya akan digunakan oleh mitokondria alam respirasi tingkat seluler untuk
menghasilkan energi berupa ATP (Adenosin Tripospat). Karbondioksida akan dibawa
oleh kapiler vena untuk dibawa ke alveolus dan akan dikeluarkan di alveolus
melalui proses respirasi.
3. Jelaskan
transport dan hukum gas?
Transport
Gas
Transportasi gas yaitu perpindahan
O2 dan CO2 (dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin) dari
ke kapiler jaringan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya:
a. Difusi
O2, CO2, dan aliran darah
b. Daya
pompa darah
c. Jumlah
oksigen yang dilepaskan dari hemoglobin di dalam jaringan
d. Eritrosit
dan hemoglobin
Selisih tekanan
parsial antara oksigen dan karbondioksida menekankan bahwa kunci dari
pergerakan gas oksigen mengalir dari alveoli masuk ke dalam jaringan melalui
darah, sedangkan karbondioksida mengalir dari jaringan ke alveoli melalui
pembuluh darah. Akan tetapi, jumlah kedua gas yang ditransfor ke jaringan dan
dari jaringan secara keseluruhan tidak cukup bila oksigen tidak larut dalam
darah dan bergabung dengan protein pembawa oksigen (hemoglobin). Demikian juga
karbondioksida yang larut masuk ke dalam serangkaian reaksi kimia reversibel
(rangkaian perubahan udara) yang mengubah menjadi senyawa lain. Adanya
hemoglobin menaikkan kapasitas pengangkutan oksigen dalam darah sampai 70 kali
dan reaksi karbondioksida menaikkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi 17
kali.
Transport gas
pernapasan:
1) Ventilasi
Ventilasi merupakan proses
pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari
inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari
paru-paru). Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal,
pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer
sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru. Sebaliknya pada
saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari atmosfer
sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru.
Perubahan tekanan intrapulmonal
tersebut disebabkan karena perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot
pernafasan dan diafragma. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot
insiprasi (muskulus interkostalis eksternus dan diafragma) sehingga terjadi
elevasi dari tulang-tulang kostae dan menyebabkan peningkatan volume cavum
thorax (rongga dada), secara bersamaan paru-paru juga akan ikut mengembang
sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan udara terhirup ke dalam paru-paru.
Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup udara
dalam-dalam (menarik nafas dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari
otot-otot tambahan isnpirasi yaitu muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus
skalenus. Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi
pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah
otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi. Tetapi setelah
ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena
adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan
muskulus abdominis.
Kerja dari otot-otot pernafasan disebabkan karena adanya perintah dari
pusat pernafasan (medula oblongata) pada otak. Medula oblongata terdiri dari
sekelompok neuron inspirasi dan ekspirasi. Eksitasi neuron-neuron inspirasi
akan dilanjutkan dengan eksitasi pada neuron-neuron ekspirasi serta inhibisi
terhadap neuron-neuron inspirasi sehingga terjadilah peristiwa inspirasi yang
diikuti dengan peristiwa ekspirasi. Area inspirasi dan area ekspirasi ini
terdapat pada daerah berirama medula (medulla rithmicity) yang menyebabkan
irama pernafasan berjalan teratur dengan perbandingan 2 : 3 (inspirasi :
ekspirasi). Ventilasi dipengaruhi oleh :
a)
Kadar oksigen pada atmosfer
b)
Kebersihan jalan nafas
c)
Daya recoil & complience (kembang kempis) dari
paru-paru
d)
Pusat pernafasan
Fleksibilitas paru sangat penting
dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh surfaktan. Surfaktan
merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada
bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus
yang disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps
alveoli dengan cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan
udara.
Energi yang diperlukan untuk
ventilasi adalah 2 – 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan energi
ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat. Volume
tidal adalah volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam pernafasan
normal. IRV (volume cadangan inspirasi) adalah volume udara yang masih bisa
dihirup paru-paru setelah inspirasi normal. ERV (volume cadangan ekspirasi)
adalah volume udara yang masih bisa diekshalasi setelah ekspirasi normal.
Sedangkan RV (volume sisa) adalah volume udara yang masih tersisa dalam paru-paru
setelah ekspirasi kuat.
2) Difusi
Difusi dalam respirasi merupakan
proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi
terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial.
Difusi
terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang sangat
tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan
kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru-paru terdapat
sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka luasnya mencapai
70 m2 pada orang dewasa normal.
Saat difusi
terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat
inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi
karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke
atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan
parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.
Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap
perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi. Kapasitas
difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat aktivitas
meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat karena jumlah kapiler aktif
meningkat disertai dDilatasi kapiler yang menyebabkan luas permukaan membran
difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida saat istirahat adalah 400-450
ml/menit. Saat bekerja meningkat menjadi 1200-1500 ml/menit.
Difusi dipengaruhi oleh :
Difusi dipengaruhi oleh :
a)
Ketebalan membran respirasi
b)
Koefisien difusi
c)
Luas permukaan membran respirasi*
d)
Perbedaan tekanan parsial
3) Transportasi
Setelah difusi maka selanjutnya
terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah
dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru.
Sekitar 97 - 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb
(HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5- 7 %
karbondioksida larut dalam plasma, 23 – 30% berikatan dengan
Hb(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 – 70% dalam bentuk HCO3 (ion
bikarbonat).
Saat istirahat, 5 ml oksigen
ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit. Jika curah jantung 5000
ml/menit maka jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan sekitar 250 ml/menit.
Saat olah raga berat dapat meningkat 15 – 20 kali lipat. Transportasi gas
dipengaruhi oleh :
a)
Cardiac Output
b)
Jumlah eritrosit
c)
Aktivitas
d)
Hematokrit darah
Setelah transportasi maka terjadilah
difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas pada sel/jaringan terjadi karena
tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih rendah dari PO2
kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya
tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi
karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme.
4) Regulasi
Kebutuhan oksigen tubuh bersifat
dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah
aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka kebutuhan oksigen akan meningkat
sehingga kerja sistem respirasi juga meningkat. Mekanisme adaptasi sistem
respirasi terhadap perubahan kebutuhan oksigen tubuh sangat penting untuk
menjaga homeostastis dengan mekanisme sebagai berikut :
Sistem respirasi diatur oleh pusat
pernafasan pada otak yaitu medula oblongata. Pusat nafas terdiri dari daerah
berirama medulla (medulla rithmicity) dan pons. Daerah berirama medula terdiri
dari area inspirasi dan ekspirasi. Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area
dan apneustic area. Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan
meningkatkan irama respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi sirkuit
inspirasi.
Daerah berirama medula
mempertahankan irama nafas I : E = 2” : 3”. Stimulasi neuron inspirasi
menyebabkan osilasi pada sirkuit inspirasi selama 2” dan inhibisi pada neuron
ekspirasi kemudian terjadi kelelahan sehingga berhenti. Setelah inhibisi hilang
kemudian sirkuit ekspirasi berosilasi selama 3” dan terjadi inhibisi pada
sirkuit inspirasi. Setelah itu terjadi kelelahan dan berhenti dan terus menerus
terjadi sehingga tercipta pernafasan yang ritmis. Pengaturan respirasi
dipengaruhi oleh :
a)
Korteks serebri yang dapat mempengaruhi pola
respirasi.
b)
Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat kemoresptor
yang sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2, CO2 dan
H+ di aorta, arkus aorta dan arteri karotis.
c)
Gerakan : perubahan gerakan diterima oleh
proprioseptor.
d)
Refleks Heuring Breur : menjaga pengembangan dan pengempisan
paru agar optimal.
e)
Faktor lain : tekanan darah, emosi, suhu, nyeri,
aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran nafas.
Hukum
Gas
Menurut hukum Dalton, setiap gas dalam campuran gas
memiliki tekanannya sendiri yang disebut tekanan parsial. Tekanan parsial
dilambangkan dengan Px, dengan x adalah rumus molekul gas bersangkutan. Tekanan
total campuran gas merupakan penjumlahan tekanan parsial komponen-komponen
gasnya. Udara atmosfer mengandung nitrogen, oksigen, uap air, karbondioksida,
dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Dengan demikian, tekanan
atmosfer adalah:
Tekanan parsial gas-gas tersebut menentukan
pergerakan oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan paru-paru, antara
paru-paru dan darah, dan antara darah dengan sel-sel tubuh. Setiap gas
berdifusi melalui membran permeabel dari daerah dengan tekanan parsial lebih
tinggi ke daerah dengan tekanan parsial lebih rendah, semakin besar perbedaan
tekanan parsial, maka laju difusi gas akan semakin cepat. Dibandingkan dengan udara
yang masuk ke paru-paru, udara alveolar memiliki lebih sedikit O2
dan lebih banyak CO2. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama,
pertukaran gas di alveoli meningkatkan komposisi CO2 dan menurunkan
konsentrasi O2 udara alveolar. Kedua, ketika udara masuk melalui
saluran pernapasan, udara tersebut dilembabkan. Peningkatan konsentrasi uap air
menyebabkan penurunan konsentrasi O2. Sebaliknya, udara yang
dikeluarkan dari paru-paru mengandung lebih banyak O2 dan lebih
sedikit CO2 daripada udara alveolar karena udara yang dikeluarkan
sebagian bercampur dengan udara pada dead space yang tidak ikut berpartisipasi
dalam pertukaran gas.
Hukum Henry menyatakan bahwa kuantitas gas yang
terlarut pada cairan adalah proporsional terhadap tekanan parsial dan kelarutan
gas tersebut. Pada cairan tubuh, kemampuan gas untuk tetap berada di dalam
larutan lebih besar ketika tekanan parsial dan kelarutannya di dalam cairan
tubuh besar. CO2 terlarut lebih banyak di dalam plasma darah karena
kelarutan CO2 24 kali lebih besar daripada kelarutan O2,
dan walaupun kuantitas N2 paling banyak pada udara atmosfer, gas ini
tidak memberikan pengaruh yang begitu signifikan terhadap tubuh karena
kelarutannya di dalam plasma darah sangat rendah.
Laju pertukaran gas sistemik dan pulmoner dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
·
Perbedaan tekanan parsial gas-gas;
semakin besar perbedaan tekanan parsial gas-gas, maka laju difusi semakin cepat
·
Luas permukaan pertukaran gas; jika luas
permukaan pertukaran gas semakin besar, maka laju difusi akan bertambah dan
sebaliknya
·
Jarak difusi; laju difusi akan semakin
besar jika jarak difusinya semakin kecil
·
Berat molekul dan kelarutan gas;
kelarutan gas yang besar akan mempercepat laju difusi, sedangkan besar molekul
yang besar memperlambat laju difusi.
4. Jelaskan
mekanisme pengangkutan O2 dan CO2 oleh darah?
Dalam paru-paru terjadi pertukaran
zat antara oksigen yang ditarik dari udara masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah secara osmosis. Seterusnya CO2 akan
dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk ke dalam
tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri
jantung (atrium sinistra) ® ke aorta ® seluruh tubuh
(jaringan-jaringan dan sel-sel) disini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai
ampas (sisanya) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan
melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan/ atrium dextra) ®
ke bilik kanan (ventrikel dextra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis
ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari
alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa
metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenitalis dan kulit.
5. Jelaskan
kontrol pernapasan
Mekanisme pernapasan diatur dan
dikendalikan oleh 2 faktor utama yaitu kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya
faktor tertentu, merangsang pusat pernapasan yang terletak di medula oblongata,
yang bila dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf spinalis
ke otot pernapasan (otot diafragma atau interkostalis).
a. Secara
kimia
Pengendalian dan pengaturan secara
kimia meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Pusat pernapasan
dalam sumsum sangat peka, sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan.
Karbondioksida
merangsang saraf di medula oblongata
¯
Disalurkan lewat
saraf frenikus dan saraf interkostalis ke otot-otot pernapasan (otot diafragma
atau interkostalis)
¯
Otot-otot ini
berkontraksi
¯
Terjadilah pernapasan
b. Oleh
saraf
Pusat otomatik dalam medula
oblongata mengeluarkan impuls eferen ke blok pernapasan melalui radiks saraf
servikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus.
Tubuh kekurangan
O2
¯
Merangsang pusat
pernapasan (MO)
¯
Mengeluarkan
impuls efferen
¯
Ke diafragma
oleh saraf frenikus
¯
Sedangkan oleh
saraf interkosta dibawa ke otot interkosta
¯
Kontraksi pada
otot diafragma dan interkosta
¯
Terjadi proses
pernapasan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa Nike Budhi Subekti.
Jakarta: EGC.
Husada, Dian.
2011. Transport Gas Pernapasan.
Diperoleh http://fisologi.blogspot.com/p/transport-gas-pernafasan.html (diakses 22
Oktober 2012).
Syaifuddin.
2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: EGC.