TERAPI
AKTIVITAS KELOMPOK
GANGGUAN
SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI
A. TOPIK
1. Topik : Stimulasi Persepsi Penglihatan
2. Kegiatan : Mengenal Halusinasi
3. Sasaran
: Lima Orang Peserta
4. Tempat : Ruang Serba Indah
B. TUJUAN
1. Tujuan
Umum
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulasi kepadanya.
2. Tujuan
Khusus
a. Klien
dapat mengenal halusinasinya.
b. Klien
dapat mengenal waktu terjadinya halusinasi.
c. Klien
dapat mengenal situasi terjadinya halusinasi.
d. Klien
dapat mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.
C. LANDASAN
TEORI
1.
Latar Belakang
Kelompok adalah suatu sistem sosial yang khas yang
dapat didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang
saling berinteraksi, inteleransi, interdependensi dan saling membagikan norma
sosial yang sama (Stuart & Sundeen, 1998). Terapi aktivitas kelompok adalah
salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada
waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes
RI, 1997).
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca
indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart
& Sundenn, 1998).
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) klien
dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya
dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak
mengganggu anggota kelompok yang lain.
2.
Landasan Teori
a.
Pengertian Halusinasi
Halusinasi
adalah persepsi tentang objek bayangan dan sensasi yang timbul tanpa stimulus
eksternal. Individu mendengar suara tanpa adanya rangsang akustik. Ia melihat
seekor kucing di tempat tidurnya tanpa adanya sesuatu yang dapat dilihat atau
mencium bau racun tanpa adanya sesuatu yang merangsang indera penciuman
(Wilson, 1983).
Halusinasi
adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang
(stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987).
Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi. Suatu perserapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar.
(Miramis, 1998)
b.
Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
1)
Halusinasi
pendengaran
Karakteristik
ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2)
Halusinasi
penglihatan
Karakteristik
dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan
bisa menyenangkan atau menakutkan.
3)
Halusinasi
penghidu
Karakteristik
ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah,
urine atau feses. Kadang–kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dementia.
4)
Halusinasi
peraba
Karakteristik
ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5)
Halusinasi
pengecap
Karakteristik
ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
6)
Halusinasi
sinestetik
Karakteristik
ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau
arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
c.
Rentang Respon
Rentang
Respon Neurobiology (Stuart dan Laraia, 2001)
d.
Tahapan
Menurut
Stuart dan Laraia, membagi fase Halusinasi dalam 4 fase yaitu :
1)
Fase I Comforting (Ansietas Sedang) atau
Halusinasi menyenangkan.
Karakteristik:
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam
kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani. (non psikotik)
Tanda dan Gejala: Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik, diam dan asyik menyendiri.
Tanda dan Gejala: Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik, diam dan asyik menyendiri.
2)
Fase II Condemning (Ansietas berat) atau
halusinasi menjijikkan.
Karakteristik: Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan atau klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. (Psikotik ringan)
Karakteristik: Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan atau klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. (Psikotik ringan)
Tanda
dan gejala: Meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom dan tekanan darah,
rentang peningkatan denyut jantung. Pernafasan dan tekanan darah, rentang
perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realita.
3)
Fase III Controlling (Ansietas berat)
atau pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik:
Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerahkan pada
halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami
pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti (Psikotik)
Tanda
dan Gejala: Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti kesukaan berhubungan
dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit, adanya
tanda-tanda fisik ansietas mampu mematuhi perintah.
4)
Fase IV Conquering (Panic) atau umumnya
menjadi melebur dalam halusinasinya.
Karakteristik: pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasinya berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik berat).
Tanda dan Gejala: perilaku terror akibat panik. Potensi buat solude atau nomiede aktifitas perilaku kekerasan. Agitasi menarik diri atau katatonia, tidak mampu berespon terhadap perintah kompleks, tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
Karakteristik: pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasinya berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik berat).
Tanda dan Gejala: perilaku terror akibat panik. Potensi buat solude atau nomiede aktifitas perilaku kekerasan. Agitasi menarik diri atau katatonia, tidak mampu berespon terhadap perintah kompleks, tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
3.
Metode Terapi Aktivitas Kelompok
Metode yang
digunakan pada Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
ini adalah metode:
a.
Diskusi
dan tanya jawab.
b.
Bermain
peran/stimulasi.
c.
Melengkapi
jadwal harian.
Kegiatan TAK menggunakan sistem sesi yang dibagi
menjadi lima sesi, setiap sesi memiliki tujuan khusus yang berbeda.
D. KRITERIA
KLIEN
1. Klien dengan ganguan presepsi halusinasi yang sudah mulai mampu mengintreprestasikan realitas terhadap diri sendiri maupun orang lain.
2. Klien dengan ganguan presepsi sensori halusinasi yang sudah mulai mampu mengontrol halusinasinya.
3. Klien dengan kondisi fisik baik/sehat.
E. PROSES
SELEKSI
1.
Mengobservasi
klien yang masuk kriteria.
2.
Mengidentifikasi
klien yang masuk kriteria.
3.
Mengumpulkan
klien yang masuk kriteria.
4.
Membuat kontrak
dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK pada klien,
rencana kegiatan kelompok, dan aturan
main dalam kelompok.
F. URAIAN
STRUKTUR KELOMPOK
1. Tempat : Ruangan Serba Indah
2. Hari/Tanggal : Sabtu, 1 Februari 2014
3. Waktu : 11.00 WIB
4. Pengorganisasian
a. Jumlah
dan Nama Klien
Jumlah klien 5 orang yaitu Tn. A,
Tn. E, Tn. I, Tn. S, dan Tn. U
b. Leader
dan Uraian Tugas
Leader : Wawan
Uraian tugas :
1) Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal)
2) Mengarahkan kelompok
3) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan dan memberikan umpan balik
4) Sebagai role model
5) Memotivasi anggota
c. Co
Leader dan Uraian Tugas
Co leader : Galih Gani Ginanjar
Uraian tugas :
1)
Membantu
leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2)
Mengingatkan
leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3)
Membantu
memimpin jalannya kegiatan.
4)
Menggantikan
leader jika terhalang tugas.
d. Fasilitator
dan Uraian Tugas
Fasilitator : Rinaldi
Uraian tugas :
1)
Memotivasi
peserta dalam aktivitas kelompok
2)
Memotivasi
anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3)
Mengatur posisi
kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
4)
Membimbing kelompok
selama permainan diskusi
5)
Membantu leader
dalam melaksanakan kegiatan
6)
Bertanggung
jawab terhadap program antisipasi masalah
e. Observer
dan Uraian Tugas
Observer : Dede, Marsalena, Nur Azizah, Resi, dan Yudith
Uraian tugas :
1)
Mengoservasi setiap respon
klien
2)
Mencatat semua proses
3)
Memberikan umpan
balik pada kelompok
4)
Mengamati semua
proses kegiatan yang berkaitan
dengan waktu, tempat, dan jalannya
acara
5)
Melaporkan
hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan evaluasi kelompok.
5. Langkah-Langkah
a.
Salam
terapeutik
1)
Salam
terapeutik kepada klien
2)
Perkenalan nama
lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri papan nama)
3)
Menanyakan nama
lengkap dan nama panggilan dari semua klien (beri papan nama)
b.
Evaluasi/validasi
Menanyakan
perasaan klien saat ini
c.
Kontrak
1)
Leader
menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenal suara-suara
yang didengar
2)
Leader
menjelaskan aturan main
3)
Jika ada klien
yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada leader
4)
Lama kegiatan
45 menit
5)
Setiap klien
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d.
Tahap kerja
1)
Leader
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal suara-suara yang
didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi yang membuat
terjadi dan perasaan klien pada saat halusinasi muncul
2)
Leader meminta
klien menceritakan isi halusinasi, waktu terjadinya, situasi yang membuat
terjadi dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Hasilnya ditulis di whiteboard
3)
Beri pujian
pada klien yang melakukan dengan baik
4)
Simpulkan isi,
waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan perasaan klien dari suara yang
biasa didengar
e.
Tahap terminasi
1)
Evaluasi dan
Dokumentasi
a)
Leader
menanyakan perasaan klien setelah menikuti TAK
b)
Leader
memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
Evaluasi
Formulir yang di evaluasi
Sesi I TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi) Kemampuan Personal/Halusinasi
No
|
Nama Klien
|
Menyebut Isi Halusinasi
|
Menyebutkan Waktu terjadi
Halusinasi
|
Menyebut Situasi Halusinasi
Muncul
|
Menyebut Perasaan saat
berhalusinasi
|
Petunjuk:
a.
Tulis nama
panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b.
Untuk setiap
klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi, waktu, situasi dan
perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang
timbul dan menyampaikan kepada perawat.
2)
Tindak Lanjut
Leader meminta
untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaan jika halusinasi muncul
3)
Kontrak yang
akan datang
a)
Menyepakati TAK
yang akan datang: cara mengontrol halusinasi
b)
Menyepakati
waktu dan tempat.
6. Perilaku
yang Diharapkan
a. Persiapan
(Terapis dan Klien)
1)
Kondisi
lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien untuk
berkonsentrasi terhadap kegiatan
2)
Posisi tempat
dilantai menggunakan tikar
3)
Peserta sepakat
untuk mengikuti kegiatan
4)
Alat yang
digunakan dalam kondisi baik
5)
Leader,
Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
b. Proses
1)
Leader dapat
mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
2)
Leader mampu
memimpin acara.
3)
Co-leader
membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4)
Fasilitator
mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
5)
Fasilitator
membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi
masalah.
6) Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
berfungsi sebagai evaluator kelompok
7)
Peserta
mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
c. Hasil
Diharapkan 75%
dari kelompok mampu:
1)
Menjelaskan apa
yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
2)
Menyampaikan
halusinasi yang dirasakan dengan jelas.
G. ATURAN
MAIN
1.
Peserta bersedia mengikuti
kegiatan TAK.
2.
Peserta
wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3.
Peserta
berpakaian rapih, bersih, dan sudah mandi.
4.
Tidak diperkenankan makan, minum,
merokok selama kegiatan (TAK) berlangsung.
5.
Jika ingin mengajukan/menjawab
pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan
oleh pemimpin.
6.
Peserta yang mengacaukan jalannya
acara akan dikeluarkan.
7.
Peserta dilarang keluar sebelum
acara TAK selesai.
8.
Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan
telah habis, namun TAK belum selesai,
maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
kepada anggota.
H. PROGRAM
ANTISIPASI
Ada beberapa
langkah yanga dapat diambil dalam mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi
pada pelaksanaan TAK. Langkah-langkah yang diambil dalam program antisipasi
masalah adalah:
1.
Apabila ada klien yang telah
bersedia untuk mengikuti TAK, namun pada saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka
langkah yang diambil adalah mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi
sesuai dengan kriteria dan telah disepakati oleh anggota kelompok lainnya.
2.
Apabila dalam pelaksanaan ada
anggota kelompok yang tidak mentaati tata tertib yang telah disepakati, maka
berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih dahulu dan bila masih tidak kooperatif, maka
dikeluarkan dari kegiatan.
3.
Bila ada anggota kelompok yang
melakukan kekerasan, leader memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku
kekerasan tidak boleh dilakukan.
4.
Klien yang
tidak aktif saat aktifitas kelompok penanganannya adalah dengan memberikan
motivasi oleh fasilitator.
5.
Bila klien
meninggalkan permainan tanpa ijin, panggil nama klien, tanyakan alasan klien
meninggalkan permainan, berikan motivasi agar klien kembali mengikuti permainan.
6.
Klien lain
yang ingin mengikuti permainan, beri penjelasan pada klien tersebut bahwa
permainan ini ditujukan pada klien yang dipilih, katakan pada klien lain
tersebut bahwa akan ada waktu khusus untuk mereka.
I. ALAT
BANTU
TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang
spesifik, penggunaan alat hanya yang ada diruangan saja seperti:
1.
Spidol
2.
Papan
tulis.
3.
Jadwal
kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya).
J. SETTING
TEMPAT
Adapun setting tempat yang akan digunakan untuk pertemuan TAK adalah
sebagai berikut
1.
Terapis dan
klien duduk bersama dalam lingkaran/kotak.
2.
Ruangan nyaman
dan tenang.
Keterangan:
L :
Leader
Co. :
Co. Leader
F :
Fasilitator
O :
Observer
K :
Klien
K. PENUTUP
Demikian
proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya dalam
kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.
L.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
0 komentar:
Posting Komentar