BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua
orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan
istirahat dan tidur yang cukup. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki
berbagai sel dalam tubuh. Pemenuh kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat
penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki
kerusakan pada sel. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya
terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi
kebutuhan tidur tersebut. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut
cukup, maka jumlah energi yang di harapkan dapat memulihkan status
kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari
terpenuhi. Selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga
memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya.
Secara umum
tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkatan kesadaran yang
bervariasi, perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon
terhadap rangsangan dari luar. Secara detail tanda-tanda tidur ini akan dibahas
pada macam / pola tidur. Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan
aktif. Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak
bagian atas, yang disebut “sistem aktivasi retikular”, mengalami kelelahan
setelah seharian terjaga dan karena itu, menjadi inaktif. Keadaan ini disebut
teori pasif dari tidur.
Percobaan
penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur
barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari
suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otak setinggi regio
midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik ternyata otak tak pernah tidur.
Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil
pada batang otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat
bagian-bagian otak lainnya.
B. TUJUAN
1. Mengetahui
Konsep Dasar Istirahat dan Tidur
2. Mengetahui
Konsep Asuhan Keperawatan Istirahat dan Tidur
C. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam maklah ini
meliputi: Asuhan keperawatan yang terdiri atas pengkajian dan konsep kebutuhan
istirahat dan tidur.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
KONSEP
DASAR ISTIRAHAT DAN TIDUR
1. Pengertian
Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan
kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat
dan tidur yang cukup, tubuh akan berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur
itu sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum,
istirahat berarti suatu keadaan tenang rileks, tanpa tekanan emosional, dan
bebas dari perasaan gelisah atau kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan
aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat
tidur juga merupakan bentuk istirahat.
Sebagai pembanding, klien/orang
sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula
dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan
jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam
menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat
bagi klien/pasien. Menurut Narrow (1645-1967) terdapat enam kondisi
seseorang dapat beristirahat : Merasa segala sesuatu berjalan normal ; Merasa
diterima ; Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung ; Bebas dari
perlukaan dan ketidak nyamanan ; Merasa puas telah melakukan
aktifitas-aktifitas yang berguna ; Mengetahui bahwa mereka akan mendapat
pertolongan bila membutuhkannya.
Sedangkan tidur adalah status
perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat
kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan
respon terhadap stimulus eksternal. Tidur merupakan suatu keadaan perilaku
individu yang relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang
tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih
berganti dengan keadaan terjaga (bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman).
Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan
istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran
membantu memperbaiki sistem tubuh/ memulihkan energi. Juga tidur sebagai
fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik
psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.
2. Fisiologi
Tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak,
yaitu : Reticular Activating System (RAS)
dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi Stimulus
visual,pendengaran,nyeri,dan sensori raba;serta emosi dan proses berfikir. Pada
saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto,Wartonah: 2003).
Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam
biologis) yang berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan
disesuaikan dengan faktor lingkungan (mis; cahaya, kegelapan,
gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum
adalah ritme sirkadian-yamg melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi
denyut jantung,tekanan darah,temperature,sekresi hormone,metabolism dan
penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur
adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi
sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam
biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau
paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah
(Lilis,Taylor,Lemone,1989).
Tahapan Tidur
EEG, EMG, dan EOG sinyal
listrik menunjukkan perbedaan tingkat aktivitas yang berbeda dari otak, otot,
dan mata yang berhubungan dengan tahap tidur yang berbeda (Sleep Research Society, 1993). Tidur yang normal melibatkan dua
fase: pergerakan mata yang tidak cepat (tidur nonrapid eye movement, NREM)
dan pergerakan mata yang cepat (tidur rapid
eye movement, REM). Selama NREM
seorang yang tidur mengalami kemajuan melalui empat tahapan selama siklus tidur
yang tipikal 90 menit. Kualitas tidur dari tahap 1 sampai tahap 4 bertambah
dalam. Tidur yang dangkal merupakan karakteristik dari tahap 1 dan 2 dan
seorang lebih mudah terbangun. Tahap 3 dan 4 melibatkan tidur yang dalam,
disebut tidur gelombang rendah, dan
seorang sulit terbangun. Tidur REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur
90 menit. Konsolidasi memori dan pemulihan psikologis terjadi pada waktu ini. Faktor
yang berbeda dapat meningkatkan atau mengganggu tahapan siklus tidur yang
berbeda.
Tahapan Siklus Tidur
Tahap 1: NREM
a. Tahap
meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b. Tahap
berakhir beberapa menit
c. Pengurangan
aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital
dan metabolisme
d. Seseorang
dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
e. Ketika
terbangun, seseorang merasa seperti lelah melamun.
Tahap
2: NREM
a. Tahap
2 merupakan periode tidur bersuara
b. Kemajuan
relaksasi
c. Untuk
terbangun masih relatif mudah
d. Tahap
berakhir 10 hingga 20 menit
e. Kelanjutan
fungsi tubuh menjadi lamban.
Tahap
3: NREM
a. Tahap
3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
b. Orang
yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c. Otot-otot
dalam keadaan santai penuh
d. Tanda-tanda
vital menurun tetapi tetap teratur
e. Tahap
berakhir 15 hingga 30 menit.
Tahap
4: NREM
a. Tahap
4 merupakan tahap tidur terdalam
b. Sangat
sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c. Jika
terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi malam yang
seimbang pada tahap ini
d. Tanda-tanda
vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
e. Tahap
berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
f. Tidur
sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi.
Tidur
REM
a. Mimpi
yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang
hidup dapat terjadi pada tahap yang lain
b. Tahap
ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c. Hal
ini dicirikan dengan respons otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi
jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
d. Terjadi
tonus otot skelet penurunan
e. Peningkatan
sekresi lambung
f. Sangat
sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g. Durasi
dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit.
3. Fungsi
Tidur
Tidur dipercaya
mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis. Tidur yang nyenyak
bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung. Tidur nampaknya diperlukan untuk
memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam
(NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki
dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak.
Teori lain
tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama tidur. Otot skelet
berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi
kimia untuk proses seluler. Penurunan laju metabolik basal lebih jau menyimpan
persediaan energi tubuh (Anch dkk, 1988).
Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif.
Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan
aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin.
Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran. Selama tidur,
otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas hari tersebut.
Pola Tidur Normal
a.
Neonatus sampai dengan 3 bulan
1)
Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
2)
Mudah berespon terhdap stimulus
3)
Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
b.
Bayi
1)
Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
2)
Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira
tidur 14 jam/hari
3)
Tahap REM 20-30%.
c.
Toddler
1)
Tidur 10-12 jam/hari
2)
Tahap REM 25%
d.
Prasekolah
1)
Tidur 11 jam pada malam hari
2)
Tahap REM 20%
e.
Usia sekolah
1)
Tidur 10 jam pada malam hari
2)
Tahap REM 18,5%
f.
Remaja
1)
Tidur 8,5 jam pada malam hari
2)
Tahap REM 20%
g.
Dewasa muda
1)
Tidur 7-9 jam/hari
2)
Tahap REM 20-25%
h.
Usia dewasa pertengahan
1)
Tidur ± 7 jam/hari
2)
Tahap REM 20%
i.
Usia tua
1)
Tidur ± 6 jam/hari
2)
Tahap REM 20-25%
3)
Tahap NREM IV menurun dan kadang-kadang absen
4)
Sering terbangun pada malam hari
4. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Tidur
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas
maupun kuantitas tidur, diantaranya adalah:
a.
Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan
gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak
daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat
mengalami gangguan.
b.
Lingkungan. Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak
adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya
tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk
dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa
beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi trsebut.
c.
Kelelahan.
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah
seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat
biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
d.
Gaya hidup.
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa
tidur pada waktu yang tepat.
e.
Stress
emosional. Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system
saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap
IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
f.
Stimulant
dan alkohol. Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP
sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang
berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah
hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
g.
Diet.
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan
peningkatan ttal tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
h.
Merokok.
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di
malam hari.
i.
Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. hipnotik
dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,metabloker dapat menyebabkan
insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan
morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di
malam hari.
j.
Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga
sering kali dapat mendatangkan kantuk.
5.
Gangguan Tidur
Gangguan tidur adalah kondisi yang
jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang
mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut: insomnia;
gerakan atau sensasi abnormal di kala tidur atau ketika terjaga di tengah
malam; atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.
a.
Insomnia
Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia
dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur, bahkan
seseoranng yang terbangun dari tidur tapi merasa belumcukup tidur dapat di
sebut mengalami insomnia (japardi 2002). Jadi insomnia merupakan
ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas
maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang tidak dapat
tidur/kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur
lebih lama dari yang mereka pikirkan, tetapi kualitasnya berkurang.
b.
Somnambulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka
pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, dan
berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dankembali tidur
(Japardi 2002). Lebih banyak terjadi pada anak-anak, penderita mempunyai risiko
terjadinya cidera.
c.
Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja
(mengompol) terjadi pada anak-anak, remaja dan paling banyak pada
laki-laki, penyebab secara pasti belum jelas, namun ada bebrapa faktor yang menyebabkan
Enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku.
d.
Narkolepsi
Merupakan suatu kondisi yang di cirikan oleh keinginan
yang tak terkendali untuk tidur, dapat dikatakan pula bahwa Narkolepsi serangan
mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat
di mana serangn mengantuk tersebut datang. Penyebabnya secara pasti belum
jelas, tetapi di duga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat di
mana periode REM tidak dapat di kendalikan. Serangan narkolepsi dapat
menimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang
bekerja pada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang.
e.
Night Terrors
Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6
tahun atau lebih, setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung
terjaga dan berteriak, pucat, dan ketakutan.
f.
Mendengkur
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran
udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan Adenoid dapat menjadi
faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran
nafas pada lansia. Otot-otot dibagian belakang mulut mengendur lalu bergetar
bila dilewati udara pernafasan.
g.
Apnea saat tidur
Apnea saat
tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok
dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada
siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan
psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
h.
Parasomnia
Parasomnia
adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur.
Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara
lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror), gangguan transisi
bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis;
mimpi buruk),dan lainnya (mis; bruksisme).
i.
Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena
gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme).
B.
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
1. Pengkajian
a. Riwayat
Keperawatan
1)
Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan
pada: waktu tidur, jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan
tidur, sering bangun pada saat tidur, apakah maengalami mimpi yang mengancam.
2)
Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah
merasa segar saat bangun,apa yang terjadi jika kurang tidur.
3)
Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan
sebelum tidur, apakah menggunakan obat-obatan untuk tidur.
4)
Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi: jenis
gangguan tidur, kapan masalah itu terjadi.
b.
Pemeriksaan fisik
1)
Observasi penampilan wajah,prilaku dan tingkat energi
pasien.
2)
Adanya lingkungan hitam disekitar mata,mata sayu dan
kongjungtiva merah.
3)
Perilaku: eritabel , kurang perhatian, pergerakan
lambat, bicara lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering
menguap, mata tampak lenglket, menarik diri, bingung dan kurang koordinasi.
c.
Pemeriksaan diagnostik
1)
Elektroecepalogram (EEG)
2)
Elektromipogram (EMG)
3)
Elektrookulogram (EOG)
2. Diagnosa
Keperawatan
a. Gangguan
pola tidur (sulit tertidur) yang berhubungan dengan kebisingan lingkungan atau
nyeri artritis
b. Gangguan
pola tidur (sering terbangun) yang berhubungan dengan kekhawatiran kehilangan
pekerjaan atau ketergantungan terhadap obat-obatan barbiturat
c. Risiko
cedera yang berhubungan dengan serangan berjalan dalam tidur
d. Koping
keluarga tidak efektif: ketidakmampuan yang berhubungan dengan pemahaman
pasangan tentang narkolepsi
e. Gangguan
harga diri yang berhubungan dengan terjadinya mengompol
f. Perubahan
proses berpikir yang berhubungna dengan deprivasi tidur
g. Gangguan
pertukaran gas selama tidur yang berhubungan dengan perubahan suplai oksigen
h. Pola
napas tidak efektif yang berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial
3. Perencanaan
Setelah
mengidentifikasi setiap diagnosa keperawatan, perawat membuat rencana asuhan.
Rencana asuhan individual hanya dapat dibuat setelah perawat memahami pola
tidur klien yang terakhir (berdasarkan data objektif), persepsi klien tentang
pola tidur tersebut, dan faktor-faktor yang mengganggu tidur. Perawat dan klien
bersama-sama membuat intervensi yang realistik untuk meningkatkan istirahat dan
tidur baik di rumah maupun di lingkungan pelayanan kesehatan.
Tabel
1.1
Perencanaan
Diagnosa
Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana
keperawatan
|
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan:
- Psikologis
: usia tua, kecemasan, agen biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas, depresi,
kelelahan, takut, kesendirian.
- Lingkungan
: kelembaban, kurangnya privacy/kontrol tidur, pencahayaan, medikasi
(depresan, stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin.
DS:
-
Bangun
lebih awal/lebih lambat
-
Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah tidur
DO :
-
Penurunan
kemempuan fungsi
-
Penurunan
proporsi tidur REM
-
Penurunan
proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur.
-
Peningkatan
proporsi pada tahap 1 tidur
-
Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia
|
NOC:
v
Anxiety
Control
v
Comfort
Level
v
Pain
Level
v
Rest
: Extent and Pattern
v
Sleep
: Extent ang Pattern
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. gangguan pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil:
v Jumlah
jam tidur dalam batas normal
v Pola
tidur,kualitas dalam batas normal
v Perasaan
fresh sesudah tidur/istirahat
v Mampu
mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
|
NIC
:
Sleep Enhancement
-
Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
-
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
-
Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
(membaca)
-
Ciptakan lingkungan yang nyaman
-
Kolaburasi pemberian obat tidur
|
Risiko Injury
Faktor-faktor risiko :
Eksternal
- Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan
dan atau perlengkapan; mode transpor
atau cara perpindahan; Manusia atau penyedia pelayanan)
- Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat,
mikroorganisme)
- Kimia
(obat-obatan:agen farmasi, alkohol, kafein, nikotin, bahan pengawet,
kosmetik; nutrien: vitamin, jenis makanan; racun; polutan)
Internal
- Psikolgik (orientasi afektif)
- Mal nutrisi
- Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia
- Perubahan faktor pembekuan,
- Trombositopeni
- Sickle cell
- Thalassemia,
- Penurunan Hb,
- Imun-autoimum tidak berfungsi.
- Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)
- Disfugsi gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
-
Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)
- Fisik
(contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)
|
NOC :
Risk
Kontrol
Immune
status
Safety
Behavior
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…. Klien tidak mengalami injury
dengan kriterian hasil:
v
Klien
terbebas dari cedera
v Klien
mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
v Klien
mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku personal
v
Mampumemodifikasi
gaya hidup untukmencegah injury
v
Menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
v Mampu
mengenali perubahan status kesehatan
|
NIC : Environment Management
(Manajemen lingkungan)
§ Sediakan
lingkungan yang aman untuk pasien
§ Identifikasi
kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
§ Menghindarkan
lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
§
Memasang
side rail tempat tidur
§ Menyediakan
tempat tidur yang nyaman dan bersih
§ Menempatkan
saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
§
Membatasi
pengunjung
§
Memberikan
penerangan yang cukup
§ Menganjurkan
keluarga untuk menemani pasien.
§
Mengontrol
lingkungan dari kebisingan
§ Memindahkan
barang-barang yang dapat membahayakan
§ Berikan
penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
|
HARGA DIRI RENDAH
SITUASIONAL
Definisi: berkembangnya
persepsi negatif terhadap harga diri dalam berespon terhadap sesuatu saat ini
(spesifik)
Batasan karakteristik :
¨ Tantangan laporan situsi sekarang tentang
pengungkapan untu harga diri
¨ Pengungkapan diri yang negatif
¨ Bimbang/perilaku tidak asertif
¨ Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani
situasi/kejadian
Faktor yang berhubungan :
¨ Perubahan perkembangan
¨ Gangguan gambaran diri
¨ Kerusakan/gangguan fungsi
¨ Kehilangan
¨ Perubahan peran osial
¨ Kurangnya pengakuan/penghargaan
¨ Perilaku yang tidak konsisten dengan nilai
¨ Kegagalan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .......x24 jam harga diri pasien akan meningkat dengan
indikator:
¨ Verbalisasi penerimaan diri
¨ Penerimaan keterbatasan diri
¨ Tingkat percaya diri naik
¨ Menerima kritik yang membangun
¨ Berpartisipasi dalam hubungan sosial dengan sifat
terbuka
¨ Mampu mempertahankan postur tubuh tang tegak
|
TINGKATKAN HARGA DIRI
¨ Observasi perilaku klien
¨ Monitor pernyataan klien tentang kritik diri
¨ Eksplorasi klien terhadap kritik diri
¨ Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
¨ eksplorasi keberhasilan yang pernah dicapai klien
¨ berikan reward positif terhadap keberhsilan dan
kelebihan klien
¨ yakinkan klien bahwa klien mampu menghadapi situsi
apapun
¨ evaluasi bersama klien perilaku yang dulu dan
sekarang
¨ bantu klien untuk menyusun tujuan hidup yang
realistik
¨ fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang dapat
meningkatkan harga diri
¨ libatkan klien dalam kegiatan
¨ anjurkan keluarga untuk memberikan dorongan/dukungan
pada klien
¨ kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian medikasi
|
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tidur adalah status perubahan
kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.
Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis
tubuh, dan
penurunan respons terhadap stimulus eksternal.
Aktivitas tidur diatur dan
dikontrol oleh dua system pada batang otak, yaitu Reticular Activating System
(RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS dibagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang
dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi Stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba; serta emosi dan proses berfikir. Tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).
Faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur diantaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan motivasi. Gangguan dalam tidur dapat berupa insomnia, somnambulisme,
enuresis, narkolepsi, night terrors, dan mendengkur.
B.
SARAN
Setiap
individu harus menjaga kecukupan kebutuhan istirahat dan tidurnya sesuai
kebutuhannya. Dengan kondisi jiwa dan fisik yang sehat maka dapat melakukan berbagai
kegiatan dengan baik. Perawat perlu berupaya membantu pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur klien sesuai dengandengan prosedur yang benar sehingga
perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat
dan tidur sehingga pelayanan terhadap klien dapat berjalan dengan baik dan
benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Erfandi. 2008. Konsep
Dasar Istirahat dan Tidur. Diperoleh http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/22/konsep-dasar-istirahat-dan-tidur/
(diakses 3 Oktober 2012).
Mahfudh, Ali. 2012. Makalah Konsep Istirahat & Tidur. Diperoleh http://mijikuhibiniyu.blogspot.com/2012/04/makalah-konsep-istirahat-tidur.html
(diakses 3 Oktober 2012).
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4.
Alih Bahasa Monica Ester, Devi Yulianti, dan Intan Parulian. Jakarta: EGC.