Feeds RSS

Selasa, 12 Februari 2013

Istirahat Tidur


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuh kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit  agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur tersebut. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup,  maka jumlah energi yang di harapkan dapat memulihkan status kesehatan dan  mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu,  orang yang mengalami kelelahan juga memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya.
Secara umum tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkatan kesadaran yang bervariasi, perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Secara detail tanda-tanda tidur ini akan dibahas pada macam / pola tidur. Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut “sistem aktivasi retikular”, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu, menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur.
Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otak setinggi regio midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik ternyata otak tak pernah tidur. Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil pada batang otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat bagian-bagian otak lainnya.





B.     TUJUAN
1.      Mengetahui Konsep Dasar Istirahat dan Tidur
2.      Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Istirahat dan Tidur

C.    BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam maklah ini meliputi: Asuhan keperawatan yang terdiri atas pengkajian dan konsep kebutuhan istirahat dan tidur.
























BAB II
LANDASAN TEORI

A.    KONSEP DASAR ISTIRAHAT DAN TIDUR
1.      Pengertian Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh akan berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur itu sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang rileks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah atau kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat.
Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam  menyiapkan lingkungan  atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien. Menurut Narrow (1645-1967) terdapat  enam kondisi seseorang dapat beristirahat : Merasa segala sesuatu berjalan normal ; Merasa diterima ;  Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung ; Bebas dari perlukaan dan ketidak nyamanan ;  Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna ;  Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila membutuhkannya.
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan  yang tinggi terhadap  stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga (bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan  suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/ memulihkan energi. Juga tidur sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.

2.      Fisiologi Tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak, yaitu : Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi Stimulus visual,pendengaran,nyeri,dan sensori raba;serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto,Wartonah: 2003).
Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (mis; cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian-yamg melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung,tekanan darah,temperature,sekresi hormone,metabolism dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis,Taylor,Lemone,1989).
            Tahapan Tidur
                        EEG, EMG, dan EOG sinyal listrik menunjukkan perbedaan tingkat aktivitas yang berbeda dari otak, otot, dan mata yang berhubungan dengan tahap tidur yang berbeda (Sleep Research Society, 1993). Tidur yang normal melibatkan dua fase: pergerakan mata yang tidak cepat (tidur nonrapid eye movement, NREM) dan pergerakan mata yang cepat (tidur rapid eye movement, REM). Selama NREM seorang yang tidur mengalami kemajuan melalui empat tahapan selama siklus tidur yang tipikal 90 menit. Kualitas tidur dari tahap 1 sampai tahap 4 bertambah dalam. Tidur yang dangkal merupakan karakteristik dari tahap 1 dan 2 dan seorang lebih mudah terbangun. Tahap 3 dan 4 melibatkan tidur yang dalam, disebut tidur gelombang rendah, dan seorang sulit terbangun. Tidur REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit. Konsolidasi memori dan pemulihan psikologis terjadi pada waktu ini. Faktor yang berbeda dapat meningkatkan atau mengganggu tahapan siklus tidur yang berbeda.
Tahapan Siklus Tidur
Tahap 1: NREM
a.       Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b.      Tahap berakhir beberapa menit
c.       Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
d.      Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
e.       Ketika terbangun, seseorang merasa seperti lelah melamun.
Tahap 2: NREM
a.       Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara
b.      Kemajuan relaksasi
c.       Untuk terbangun masih relatif mudah
d.      Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
e.       Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban.
Tahap 3: NREM
a.       Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
b.      Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c.       Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d.      Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
e.       Tahap berakhir 15 hingga 30 menit.
Tahap 4: NREM
a.       Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam
b.      Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c.       Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini
d.      Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
e.       Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
f.       Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi.


Tidur REM
a.       Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain
b.      Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c.       Hal ini dicirikan dengan respons otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
d.      Terjadi tonus otot skelet penurunan
e.       Peningkatan sekresi lambung
f.       Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g.      Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit.

3.      Fungsi Tidur
Tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis. Tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung. Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak.
Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler. Penurunan laju metabolik basal lebih jau menyimpan persediaan energi tubuh (Anch dkk, 1988).
Tidur REM  terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran. Selama tidur, otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas hari tersebut.
 Pola Tidur Normal
a.       Neonatus sampai dengan 3 bulan
1)      Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
2)      Mudah berespon terhdap stimulus
3)      Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
b.      Bayi
1)      Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
2)      Usia 1 bulan sampai dengan  1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
3)      Tahap REM 20-30%.
c.       Toddler
1)      Tidur 10-12 jam/hari
2)      Tahap REM 25%
d.       Prasekolah
1)      Tidur 11 jam pada malam hari
2)      Tahap REM 20%
e.        Usia sekolah
1)      Tidur 10 jam pada malam hari
2)      Tahap REM 18,5%
f.       Remaja
1)      Tidur 8,5 jam pada malam hari
2)      Tahap REM 20%
g.      Dewasa muda
1)      Tidur 7-9 jam/hari
2)      Tahap REM 20-25%
h.      Usia dewasa pertengahan
1)      Tidur ± 7 jam/hari
2)      Tahap REM 20%
i.        Usia tua
1)      Tidur ± 6 jam/hari
2)      Tahap REM 20-25%
3)      Tahap NREM IV menurun dan kadang-kadang absen
4)      Sering terbangun pada malam hari

4.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur, diantaranya adalah:
a.       Penyakit. Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
b.      Lingkungan. Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi trsebut.
c.       Kelelahan. Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
d.      Gaya hidup. Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
e.       Stress emosional. Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
f.       Stimulant dan alkohol. Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
g.      Diet. Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan ttal tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
h.      Merokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari.
i.        Medikasi. Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
j.        Motivasi. Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.

5.      Gangguan Tidur
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut: insomnia; gerakan atau sensasi abnormal di kala tidur atau ketika terjaga di tengah malam; atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.
a.       Insomnia
Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur, bahkan seseoranng yang terbangun dari tidur tapi merasa belumcukup tidur dapat di sebut mengalami insomnia (japardi 2002). Jadi insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang tidak dapat tidur/kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama dari yang mereka pikirkan, tetapi kualitasnya berkurang.
b.      Somnambulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dankembali tidur (Japardi 2002). Lebih banyak terjadi pada anak-anak, penderita mempunyai risiko terjadinya cidera.
c.       Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol) terjadi pada anak-anak, remaja dan paling banyak pada laki-laki, penyebab secara pasti belum jelas, namun ada bebrapa faktor yang menyebabkan Enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku.
d.      Narkolepsi
Merupakan suatu kondisi yang di cirikan oleh keinginan yang tak terkendali untuk tidur, dapat dikatakan pula bahwa Narkolepsi serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur  pada setiap saat di mana serangn mengantuk tersebut datang. Penyebabnya secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat di mana periode REM tidak dapat di kendalikan. Serangan narkolepsi dapat menimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang.
e.       Night Terrors
Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih, setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat, dan ketakutan.
f.       Mendengkur
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan Adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran nafas pada lansia. Otot-otot dibagian belakang mulut mengendur lalu bergetar bila dilewati udara pernafasan.
g.      Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
h.      Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis; mimpi buruk),dan lainnya (mis; bruksisme).
i.        Hipersomnia
 Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme).

B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
1.      Pengkajian
a.       Riwayat Keperawatan
1)      Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada: waktu tidur, jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering bangun pada saat tidur, apakah maengalami mimpi yang mengancam.
2)      Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah merasa segar saat bangun,apa yang terjadi jika kurang tidur.
3)      Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan  sebelum tidur, apakah menggunakan obat-obatan untuk tidur.
4)      Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi: jenis gangguan tidur, kapan masalah itu terjadi.
b.      Pemeriksaan fisik
1)      Observasi penampilan wajah,prilaku dan tingkat energi pasien.
2)      Adanya lingkungan hitam disekitar mata,mata sayu dan kongjungtiva merah.
3)      Perilaku: eritabel , kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lenglket, menarik diri, bingung dan kurang koordinasi.
c.       Pemeriksaan diagnostik
1)      Elektroecepalogram (EEG)
2)      Elektromipogram (EMG)
3)      Elektrookulogram (EOG)

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan pola tidur (sulit tertidur) yang berhubungan dengan kebisingan lingkungan atau nyeri artritis
b.      Gangguan pola tidur (sering terbangun) yang berhubungan dengan kekhawatiran kehilangan pekerjaan atau ketergantungan terhadap obat-obatan barbiturat
c.       Risiko cedera yang berhubungan dengan serangan berjalan dalam tidur
d.      Koping keluarga tidak efektif: ketidakmampuan yang berhubungan dengan pemahaman pasangan tentang narkolepsi
e.       Gangguan harga diri yang berhubungan dengan terjadinya mengompol
f.       Perubahan proses berpikir yang berhubungna dengan deprivasi tidur
g.      Gangguan pertukaran gas selama tidur yang berhubungan dengan perubahan suplai oksigen
h.      Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial

3.      Perencanaan
Setelah mengidentifikasi setiap diagnosa keperawatan, perawat membuat rencana asuhan. Rencana asuhan individual hanya dapat dibuat setelah perawat memahami pola tidur klien yang terakhir (berdasarkan data objektif), persepsi klien tentang pola tidur tersebut, dan faktor-faktor yang mengganggu tidur. Perawat dan klien bersama-sama membuat intervensi yang realistik untuk meningkatkan istirahat dan tidur baik di rumah maupun di lingkungan pelayanan kesehatan.
Tabel 1.1
Perencanaan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Gangguan pola tidur berhubungan dengan:
-     Psikologis : usia tua, kecemasan, agen biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas, depresi, kelelahan, takut, kesendirian.
-     Lingkungan : kelembaban, kurangnya privacy/kontrol tidur, pencahayaan, medikasi (depresan, stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin.
 DS:
-          Bangun lebih awal/lebih lambat
-          Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah tidur
DO :
-          Penurunan kemempuan fungsi
-          Penurunan proporsi tidur REM
-          Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur.
-          Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur
-          Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia
NOC:
v Anxiety Control
v Comfort Level
v Pain Level
v Rest : Extent and Pattern
v Sleep : Extent ang Pattern
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. gangguan pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil:
v Jumlah jam tidur dalam batas normal
v Pola tidur,kualitas dalam batas normal
v Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat
v Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur

NIC :
Sleep Enhancement
-          Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
-          Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
-          Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
-          Ciptakan lingkungan yang nyaman
-          Kolaburasi pemberian obat tidur

Risiko Injury
Faktor-faktor risiko :
Eksternal
-     Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan atau perlengkapan;  mode transpor atau cara perpindahan; Manusia atau penyedia pelayanan)
-     Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)
-     Kimia (obat-obatan:agen farmasi, alkohol, kafein, nikotin, bahan pengawet, kosmetik; nutrien: vitamin, jenis makanan; racun; polutan)
Internal
-     Psikolgik (orientasi afektif)
-     Mal nutrisi
-     Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia
-     Perubahan faktor pembekuan,
-     Trombositopeni
-     Sickle cell
-     Thalassemia,
-     Penurunan Hb,
-     Imun-autoimum tidak berfungsi.
-     Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)
-     Disfugsi gabungan
-     Disfungsi efektor
-     Hipoksia jaringan
-     Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)
-     Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)
NOC :
Risk Kontrol
Immune status
Safety Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. Klien tidak mengalami injury dengan kriterian hasil:
v Klien terbebas dari cedera
v Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
v Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku personal
v Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury
v Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
v Mampu mengenali perubahan status kesehatan
NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)
§ Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
§ Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif  pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
§ Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
§ Memasang side rail tempat tidur
§ Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
§ Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
§ Membatasi pengunjung
§ Memberikan penerangan yang cukup
§ Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
§ Mengontrol lingkungan dari kebisingan
§ Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
§ Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.














HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
Definisi: berkembangnya persepsi negatif terhadap harga diri dalam berespon terhadap sesuatu saat ini (spesifik)
Batasan karakteristik :
¨  Tantangan laporan situsi sekarang tentang pengungkapan untu harga diri
¨  Pengungkapan diri yang negatif
¨  Bimbang/perilaku tidak asertif
¨  Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi/kejadian

Faktor yang berhubungan :
¨  Perubahan perkembangan
¨  Gangguan gambaran diri
¨  Kerusakan/gangguan fungsi
¨  Kehilangan
¨  Perubahan peran osial
¨  Kurangnya pengakuan/penghargaan
¨  Perilaku yang tidak konsisten dengan nilai
¨  Kegagalan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam harga diri pasien akan meningkat dengan indikator:
¨  Verbalisasi penerimaan diri
¨  Penerimaan keterbatasan diri
¨  Tingkat percaya diri naik
¨  Menerima kritik yang membangun
¨  Berpartisipasi dalam hubungan sosial dengan sifat terbuka
¨  Mampu mempertahankan postur tubuh tang tegak

TINGKATKAN HARGA DIRI
¨  Observasi perilaku klien
¨  Monitor pernyataan klien tentang kritik diri
¨  Eksplorasi klien terhadap kritik diri
¨  Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
¨  eksplorasi keberhasilan yang pernah dicapai klien
¨  berikan reward positif terhadap keberhsilan dan kelebihan klien
¨  yakinkan klien bahwa klien mampu menghadapi situsi apapun
¨  evaluasi bersama klien perilaku yang dulu dan sekarang
¨  bantu klien untuk menyusun tujuan hidup yang realistik
¨  fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri
¨  libatkan klien dalam kegiatan
¨  anjurkan keluarga untuk memberikan dorongan/dukungan pada klien
¨  kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian medikasi







BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal.
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak, yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS dibagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi Stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba; serta emosi dan proses berfikir. Tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).
Faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur diantaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan motivasi. Gangguan dalam tidur dapat berupa insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, dan mendengkur.

B.     SARAN
Setiap individu harus menjaga kecukupan kebutuhan istirahat dan tidurnya sesuai kebutuhannya. Dengan kondisi jiwa dan fisik yang sehat maka dapat melakukan berbagai kegiatan dengan baik. Perawat perlu berupaya membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien sesuai dengandengan prosedur yang benar sehingga perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat dan tidur sehingga pelayanan terhadap klien dapat berjalan dengan baik dan benar.







DAFTAR PUSTAKA

Erfandi. 2008. Konsep Dasar Istirahat dan Tidur. Diperoleh http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/22/konsep-dasar-istirahat-dan-tidur/ (diakses 3 Oktober 2012).

Mahfudh, Ali. 2012. Makalah Konsep Istirahat & Tidur. Diperoleh http://mijikuhibiniyu.blogspot.com/2012/04/makalah-konsep-istirahat-tidur.html (diakses 3 Oktober 2012).

Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4. Alih Bahasa Monica Ester, Devi Yulianti, dan Intan Parulian. Jakarta: EGC.